LANGIT7.ID, Jakarta -
Dosen Unpad, Puspa Mirani Kadir, membagikan pengalamannya kala melanjutkan
pendidikan di Jepang. Dia tak menyangka ada kemudahan menunaikan urusan ibadah.
Sebagai
muslimah, ia awalnya sempat ragu dan takut akan urusan
ibadahnya di sana akan terhambat. Apalagi mengingat Jepang adalah negara minoritas muslim.
Namun dia masih bisa melaksanakan salat 5 waktu di sana. Sebab kegiatan
ibadah umat Islam itu mendapatkan dukungan dari pihak kampusnya, Kyushuu University.
"Kesempatan untuk menjalankan salat lima waktu dan ibadah lainnya sangat mudah dengan segala keterbatasan tempat. Kuncinya adalah kemauan yang kuat, maka semua jalan akan Allah mudahkan," ujar Puspa dikutip laman Unpad, Rabu (25/1/2023).
![Dosen Unpad Ini Bagikan Pengalaman saat Kuliah di Jepang]()
Kaum muslim di Jepang, kata Puspa, sudah mendapatkan tempat yang baik kaitannya dalam fasilitas penunjang ibadah. Bahkan di beberapa universitas di Negara Sakura itu pun sudah menyediakan musala.
Dosen Program Studi Sastra Jepang ini juga mengingatkan agar umat Islam di Indonesia bisa mencontoh orang-orang Jepang dalam hal pekerjaan.
Di mana mereka tak pernah malu atau minder dengan pekerjaan yang dilakoninya. Sebaliknya, masyarakat Jepang justru sangat antusias dan disiplin dalam mengerjakan tanggung jawab pekerjaannya.
"Semua pekerjaan dilakukan dengan senang hati, walau hanya menjadi petugas bersih-bersih," katanya.
Untuk itu, lanjut dia, kebaikan dari siapa pun mesti menjadi contoh yang baik dan bisa diterapkan, khususnya bagi kaum muslim.
Sehingga bisa menguatkan keimanan dan menjadikan manusia yang dapat diandalkan di bidangnya.
"Jika ada yang bisa menguatkan kita dalam kebaikan, maka peganglah terus sampai kapan pun,” pesannya.
Kedekatan Puspa dengan Ajaran IslamDi sisi lain, Puspa juga ternyata memiliki hubungan dekat dengan Allah. Bahkan di sela-sela waktunya dia selalu menyempatkan diri untuk membaca Al-Qur'an.
Di tengah kesibukannya sebagai dosen di Unpad, Puspa juga menyempatkan waktu untuk membina sebuah madrasah di lingkungan sekitar tempat tinggalnya di Cibiru, Bandung.
Di madrasah tersebut, Puspa membekali santrinya untuk bisa menguasai 4 bahasa. Selain bahasa Arab, santri-santrinya juga dibekali dengan bahasa Jepang, sesuai dengan bidang spesialisasinya.
Selain konsisten dan disiplin, Puspa berharap agar ia dan anak didiknya dapat terus membiasakan diri untuk tidak menunda-nunda pekerjaan, melainkan melakukannya secara terjadwal.
“Setiap saat program harus berubah, seperti halnya bacaan Al-Qur'an kita yang setiap saat juga harus bertambah dan selesai hingga khatam,” ujarnya.
(bal)