LANGIT7.ID, Jakarta - Generasi muda hari ini bisa dibilang amat kreatif. Namun mereka disebut-sebut memiliki kondisi mental yang lebih rapuh ketimbang generasi sebelumnya. Istilah yang disematkan pada generasi muda hari ini adalah strawberry generation atau generasi stroberi yang menarik namun lembek seperti stroberi.
Psikolog Yirawati Sumedi menjelaskan, generasi stroberi baru mulai dikenal di Indonesia pada 2022 lalu. Generasi stroberi merupakan istilah yang merujuk pada generasi muda yang kreatif dan memiliki banyak ide cemerlang tapi sangat mudah hancur ketika mendapatkan tekanan mental. Mereka tidak mau bekerja keras untuk apa yang mereka inginkan dan gampang sakit hati.
“Gampang sakit hati itu membuat anak cenderung melakukan diagnosis diri sendiri. Tidak ketemu ahlinya, kemudian tiba-tiba menyatakan ‘aku tuh sedang begini’. Itu yang biasa dikatakan anak-anak muda saat ini,” kata Ira dalam Webinar Fenomena Generasi Stroberi yang diikuti Langit7, Selasa (31/1/2023).
Baca Juga: Gaya Hidup Masyarakat Urban Rentan Sebabkan Masalah Kejiwaan
Istilah generasi stroberi sebenarnya istilah yang pertama kali muncul di Taiwan pada 1980-an. Jadi, bukan baru sekarang. Indonesia baru mengenal istilah tersebut sejak tahun lalu. Hal itu bisa dilihat dari fenomena saat ini di kalangan anak muda.
“Untuk anak-anak generasi stroberi ini memiliki kreativitas tinggi bisa dilihat di tik-tok. Di halaman tik tok, banyak kalangan anak muda yang membuat konten yang menarik kita lihat. Pada saat generasi stroberi ini muncul pertama kali muncul di Taiwan, itu sebenarnya ada sejarahnya,” ujar Ira.
Ira menceritakan, pada era 80-an di Taiwan, Amerika Serikat membangun infrastruktur yang modern di sana. Ada Gedung-gedung baru dan kereta api super cepat yang sebenarnya bertujuan menguatkan perekonomian.
“Ketika, itu semua terjadi pada tahun 80-an, ternyata ada anak-anak muda tidak memiliki ketangguhan untuk bekerja keras. Bahkan, orang tua di sana membandingkan para mahasiswa yang ada di Universitas Taiwan, 62% tidak lebih kompeten dibandingkan mahasiswa di negeri tetangga,” ungkap Ira.
Baca Juga: Empat Cara Islami Mengobati Mental Illness, Salah Satunya Dzikir
Akhirnya, istilah itu populer sampai hari ini untuk melabeli generasi yang kreatif secara ide tapi rapuh secara mental. Indonesia pun baru mulai marak. Itu dipengaruhi latar belakang sosial hingga perkembangan teknologi hingga globalisasi.
“Jadi, memang fenomena di sebuah negeri memang bisa beda-beda di setiap negeri. Tergantung kondisi,” ujar Ira
(jqf)