LANGIT7.ID - Kata 'sibuk' adalah kata yang sering digunakan orang. Bahkan 'sibuk' sering jadi kambing hitam dalam berbagai ketidakikutsertaan seseorang melaksanakan kewajiban-kewajibannya.
Menurut almarhum KH Zainuddin MZ, setiap orang tentu memiliki kesibukan. Namun masalahnya apakah kita yang dapat mengatur kesibukan atau justru kesibukan yang mengatur kita?
"Kalau kesibukan yang mengatur kita, insya Allah sampai tua sibuk terus, tapi kalau kita bisa mengatur kesibukan, maka kita akan punya job description dan pengaturan waktu dalam kehidupan," tuturnya dalam suatu cuplikan ceramah, dikutip Kamis (2/9).
Ia melanjutkan, dalam suatu hadist riwayat Aisyah Ra, Rasulullah Saw membagi waktu dalam hidupnya menjadi tiga bagian. 1/3 untuk Allah, 1/3 untuk tugas, dan 1/3 lagi untuk keluarga.
Namun, dalam kehidupan selalu terjadi ketidakseimbangan. Ada yang fokus kepada Allah saja, namun mengabaikan tugas dan melupakan keluarga.
Begitupun ada orang yang waktunya habis untuk tugas. Sujud tidak pernah. Allah dilupakan, dan keluarga terlantar. "Padahal orang yang baik ialah orang yang pandai mengatur waktunya," tuturnya.
Kemudian bagaimana Rasulullah mengisi waktunya? 1/3 waktunya untuk Allah adalah mengisinya dengan ibadah. Dalam hadist dari Aisyah bahkan diceritakan bagaimana Rasulullah lama melaksanakan shalat tahajud hingga kaki beliau bengkak. Padahal Rasulullah sudah mendapatkan jaminan ampun dari Allah Swt dan dijamin masuk surga.
"Rasulullah menjawab bahwa ia ingin menjadi abdan syakura (hamba yang bersyukur). Saudara-saudara, karena ibadahnya demikian kuat, maka Allah dekat, padahal beliau berdakwah di tengah masyarakat jahiliyah yang sangat menyimpang dari ketentuan dan aturan Allah," ucapnya.
Lalu, sepertiga waktu kedua, Rasulullah megaturnya untuk tugasnya, yaitu menyampaikan misi dakwah ke tengah-tengah manusia. Kemudian 1/3 waktu berikutnya Rasulullah tak ketinggalan memanfaatkan bersama keluarganya. Ketiga hal ini akhirnya menjadi teladan dan dicontoh para sahabat.
"Yang kita perlukan dalam kehidupan adalah keteladanan, yaitu satu kata satu perbuatan. Inilah kunci beliau sukses melaksanan 1/3 waktunya untuk tugas dan membina keluarga," katanya.
Selain keberhasilan mengatur waktu terutama untuk tugas dakwahnya, keberhasilan dakwah Rasulullah terletak pada akhlak.
Salah satu sejarah berharga yakni ketika beliau melakukan perjalanan ke Thaif. Rasulullah mendapatkan lemparan batu hingga terluka dan berdarah, namun memilih mendoakan orang yang menganiayanya.
Padahal saat itu malaikat Jibril sudah menawarkan bantuan kepada Rasulullah untuk memberikan pelajaran bagi orang yang memusuhinya. Sejarah juga mencatat bagaimana Nabi menolak dengan lembut dan di kemudian hari penduduk Thaif menjadi pengikut Rasulullah memeluk agama Islam.
(arp)