LANGIT7.ID- Ada dua hal pokok berkaitan dengan keimanan yang mengambil tempat tidak sedikit dalam
ayat-ayat Al-Quran. Pertama adalah uraian serta pembuktian tentang keesaan Allah SWT; dan kedua adalah uraian dan pembuktian tentang hari akhir.
Prof Dr M Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "
Wawasan Al-Quran" mengatakan Al-Quran dan hadis Nabi SAW tidak jarang menyebut kedua hal itu saja untuk "mewakili" rukun-rukun iman lainnya. Perhatikan misalnya:
Dan ada orang-orang yang berkata, "
Kami telah beriman kepada Allah dan hari kemudian", padahal (sebenarnya) mereka bukan orang-orang mukmin" (QS Al-Baqarah [2]:8).
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah yang beriman kepada Allah dan hari kemudian (QS Al-Tawbah [9]: 18).
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Shabiin, dan orang-orang Nasrani, siapa saja di antara mereka yang beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran untuk mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS Al-Ma'idah [5]: 69).
Baca juga: Tobat Adalah Reparasi dan Penyembuhan bagi Keimanan yang Mengalami Kerusakan Perhatikan juga sabda Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim melalui Abu Hurairah yang menyatakan:
Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah dia berkata benar atau diam. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka hendaklah ia menghormati tamunya.
Demikian terlihat bahwa keimanan kepada Allah berkaitan erat dengan keimanan kepada hari kemudian. "Memang keimanan kepada Allah tidak sempurna kecuali dengan keimanan kepada hari akhir," ujar Quraish Shihab.
Hal ini disebabkan keimanan kepada Allah menuntut amal perbuatan, sedangkan amal perbuatan baru sempurna motivasinya dengan keyakinan tentang adanya hari kemudian. Karena kesempurnaan ganjaran dan balasannya hanya ditemukan di hari kemudian nanti.
Banyak redaksi yang digunakan Al-Quran untuk menguraikan hari akhir, misalnya yaum Al-Ba'ts (hari kebangkitan) yaum Al-Qiyamah (hari kiamat),' yaum Al-Fashl (hari pemisah antara pelaku kebaikan dan kejahatan), dan masih banyak lainnya.
Al-Quran Al-Karim menguraikan masalah kebangkitan secara panjang lebar dengan menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Kata "Al-Yaum Al-Akhir" saja terulang sebanyak 24 kali, di samping kata "akhirat" yang terulang sebanyak 115 kali. Belum lagi kata-kata padanannya. Ini menunjukkan betapa besar perhatian Al-Quran dan betapa penting permasalahan ini.
Baca juga: Teladan Keimanan Abu Bakar As-Shiddiq, Khalifah Pertama Umat Islam Banyak juga sisi dari "hari" tersebut yang diuraikan Al-Quran, dan uraian itu -yang tidak jarang berbeda informasinya; bahkan berlawanan- diletakkan dalam berbagai surat. Seakan-akan Al-Quran bermaksud untuk memantapkan keyakinan tersebut-bagian demi bagian serta fasal demi fasal- dalam jiwa pemeluknya.
Di sisi lain, banyak pula cara yang ditempuh Al-Quran ketika menguraikan masalah tersebut serta banyak pula pembuktiannya.
Penafsir besar Al-Biqa'i (809-885 H) mengamati bahwa "kebiasaan Allah SWT adalah bahwa Dia tidak menyebut keadaan hari kebangkitan, kecuali Dia menetapkan dua dasar pokok, yaitu qudrat (kemampuan) terhadap segala yang sifatnya mungkin1 dan pengetahuan tentang segala sesuatu yang dapat diketahui baik yang bersifat kulli (umum) maupun juz'i (rinci). Karena, siapa pun tidak dapat melakukan kebangkitan kecuali yang menghimpun kedua sifat tersebut." Untuk membuktikan hipotesisnya, Al-Biqa'i mengutip surat Al-An'am (6): 72-73.
Quraish mengatakan berdasarkan penelitian yang ia lakukan dalam rangka menyusun disertasi, apa yang dikemukakan di atas tidak sepenuhnya benar.
Namun dapat dikatakan bahwa kebanyakan ayat Al-Qur'an yang berbicara tentang hari kebangkitan memang sifatnya demikian, apalagi jika dirangkaikan dengan ayat sebelum dan sesudahnya.
Baca juga: Amalan di Bulan Rajab, InsyaAllah Bisa Tingkatkan Keimanan Penyebutan kedua sifat itu agaknya merupakan argumen singkat menghadapi keraguan atau penolakan kaum musyrik menyangkut hari kiamat yang berdalih:
"Apakah Tuhan mampu menghidupkan kembali tulang-belulang dan yang telah menyatu dengan tanah? Apakah Dia mengetahui bagian-bagian tubuh manusia yang telah berserakan bahkan telah bercampur dengan sekian banyak makhluk selainnya?"
(mif)