Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Senin, 19 Mei 2025
home edukasi & pesantren detail berita

Jawaban Al-Quran Menghadapi Pengingkar Hari Akhir

miftah yusufpati Sabtu, 10 Mei 2025 - 05:16 WIB
Jawaban Al-Quran Menghadapi Pengingkar Hari Akhir
Aneka ragam cara Al-Quran menyanggah pandangan keliru itu, sekali secara langsung dan di kali yang lain tidak secara langsung. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Menghadapi para pengingkar, Al-Qur'an seringkali mengemukakan alasan-alasan pengingkaran, baru kemudian menanggapi dan menolaknya. Hal demikian terlihat dengan jelas dalam uraian Al-Qur'an tentang hari akhir.

Prof Dr M Quraish Shihab mengatakan pada umumnya masyarakat Arab meragukan bahkan mengingkari adanya hari akhir; sementara yang percaya pun memiliki kepercayaan keliru.

Mereka berkata: "Jika kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah benar-benar kami masih akan dibangkitkan dalam bentuk makhluk yang baru?" (QS Al-Isra, [17]: 49).

Mereka berkata: "Ia (hidup ini) tidak lain kecuali kehidupan kita di dunia (saja) dan kita tidak akan dibangkitkan!" (QS Al-An'am [6]: 29).

Bahkan, "Mereka bersumpah demi Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh: "Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati" (QS Al-Nahl [16]: 38).

Baca juga: Jangan Bongkar Aib Orang! Ustadz Khalid Basalamah: "Allah Bisa Buka Aib Kita di Dunia dan Akhirat"

Aneka ragam cara Al-Qur'an menyanggah pandangan keliru itu, sekali secara langsung dan di kali yang lain tidak secara langsung. Dengarkan misalnya Al-Qur'an ketika menyatakan:

Sesungguhnya merugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan dengan Allah. Apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami terhadap kelalaian kami tentang kiamat"; sambil mereka memikul dosa-dosa mereka di atas punggung mereka. Sungguh amat buruk apa yang mereka pikul itu (QS Al-An'am [6]: 31).

Orang-orang kafir (mendustakan) ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan-Nya Mereka itulah yang berputus asa dari rahmatKu, dan buat mereka siksa yang pedih (QS Al-'Ankabut [29]: 23).

"Anda lihat ayat-ayat di atas dan semacamnya tidak secara langsung menuding si pengingkar, tetapi kandungan ayat-ayat itu sedemikian jelas dan tegas menyentuh setiap pengingkar," ujar Quraish Shihab.

Abdul-Karim Al-Khatib dalam bukunya Qadhiyat Al-Uluhiyah baina Al-Falsafah wa Ad-Din, mengibaratkan gaya bahasa demikian dengan keadaan satu kelompok yang berbicara tentang pembunuhan. Ketika itu tampil seorang yang menguraikan kekejaman pembunuh dan akibat-akibat yang akan dialaminya. Ketika menguraikan hal tersebut, si pembunuh ikut hadir mendengarkan ucapan-ucapan tadi.

Tentu saja, pelaku pembunuhan dalam hal ini akan merasa bahwa pembicaraan pada hakikatnya ditujukan kepadanya walaupun dari segi redaksi tidak demikian.

Baca juga: Beramal untuk Akhirat: Kunci Hidup Tenang dan Rezeki Lancar

Namun justru karena itu, hal ini malah bisa membawa pengaruh ke dalam jiwanya, sehingga diharapkan dapat menimbulkan rasa takut, atau penyesalan yang mengantarkannya kepada kesadaran dan pengakuan.

Dampak psikologis ini tentu akan berbeda bila sejak semula pembicara menuding si pelaku kejahatan secara langsung. Kemungkinan besar ia malahan akan menyangkal.

Jadi, dalam gaya demikian, redaksi-redaksi Al-Quran tidak lagi mengarah kepada akal manusia, tetapi lebih banyak diarahkan kepada jiwanya dengan menggunakan bahasa "hati".

"Seperti diketahui, bahasa hati tidak (selalu) membutuhkan argumentasi-argumentasi logis. Karena itu, uraian-uraian Al-Quran dalam berbagai masalah tidak selalu disertai bukti argumentatif," kata Quraish.

Namun hal ini bukan berarti ayat-ayat lain yang menguraikan hari kebangkitan tidak menggunakan argumentasi sebagai bahasa untuk akal.

Baca juga: Kematian Hanya Ketiadaan Hidup di Dunia: Mereka Hidup di Sisi Tuhannya

Perhatikan misalnya surat Yasin (36): 78-81 yang mengemukakan argumentasi filosofis, atau surat Al-Baqarah (2): 259-260, serta surat Al-Kahf (18): 9-26 yang mengemukakan alasan historis, atau surat Al-Hajj (22): 5-7 yang menggunakan analogi, serta surat Al-Najm (53): 31 yang menguraikan keniscayaannya dari segi tujuan dan hikmah.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Senin 19 Mei 2025
Imsak
04:25
Shubuh
04:35
Dhuhur
11:53
Ashar
15:14
Maghrib
17:47
Isya
18:59
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan