Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 15 Juni 2025
home masjid detail berita

Tahun Gajah: Ketika Ambisi Abrahah Dibalas Wabah

miftah yusufpati Senin, 09 Juni 2025 - 04:15 WIB
Tahun Gajah: Ketika Ambisi Abrahah Dibalas Wabah
Kisah ini diabadikan dalam Surah al-Fil dan menjadi bagian dari ingatan kolektif bangsa Arab sebelum datangnya Islam. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Fajar belum menyingsing ketika Abdul Muthalib memandangi Kakbah yang sunyi. Rumah Purba yang dibangun Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail itu tampak menggigil dalam malam Makkah yang dingin dan gelap. Di sekelilingnya, para pemuka Quraisy bergumam dalam doa. Tak ada pasukan, tak ada perlawanan. Yang tersisa hanya harap dan kecemasan akan kehancuran yang datang dari selatan.

Dari Yaman, Abrahah al-Asyram datang membawa gajah perang dan bala tentara yang disusun rapi. Di atas hewan tambun berkaki empat itu, ia memimpin sendiri ekspedisi terbesar yang pernah dikerahkan penguasa Kristen dari Habasyah. Tujuannya satu: menghancurkan Kakbah.

Muhammad Husain Haekal dalam bukunya berjudul "Sejarah Hidup Muhammad" mengisahkan sebelum barisan gajah menapak masuk ke lembah Makkah, wabah misterius menyergap pasukan itu seperti badai.

Bukan pedang yang menghalau mereka, melainkan penyakit yang datang dari udara, menyebar cepat, membunuh tanpa ampun. Abrahah mati dalam pelarian. Pasukannya tinggal cerita. Sejarah menyebut tahun itu sebagai Tahun Gajah dan bangsa Quraisy mencatatnya sebagai titik balik sebuah peradaban.

Baca juga: Pecah Kongsi di Kakbah: Kisah Munculnya Abdul Muthalib di Makkah

Pada paruh pertama abad keenam, Makkah hanyalah sebuah kota tandus di jazirah Arab. Tak punya sungai, tak punya istana. Tapi ada satu yang membuatnya istimewa: Kakbah, Rumah Purba yang menjadi pusat ziarah suku-suku Arab. Di sanalah mereka thawaf, menyembelih kurban, dan menancapkan identitas kultural mereka dalam lingkaran sakral.

Kedudukan istimewa Kakbah itulah yang membuat kota-kota lain iri. Di utara, pihak Ghassan mendirikan rumah ibadah di Hira. Di selatan, Abrahah membangun katedral megah di Shan’a, ibu kota Yaman kala itu. Gedung tinggi, megah, berhias emas dan sutra, disiapkan agar orang Arab beralih dari Makkah ke tempat ibadah buatan barunya.

Tapi rumah-rumah baru itu sepi. Kakbah tetap menjadi magnet. “Ziarah dianggap tak sah kalau bukan ke Makkah,” begitu keyakinan mereka. Katedral Shan’a yang dibanggakan Abrahah pun ditinggalkan warga sendiri.

Merasa dipermalukan, Abrahah berubah murka. Dia tidak hanya ingin menggantikan Makkah. Ia ingin menghancurkannya.

Baca juga: Qushayy dan Panggung Pertama Makkah: Menukar Kunci Kakbah dengan Khamar

Dengan restu Negus, raja Habasyah, ia menggerakkan pasukan besar, lengkap dengan gajah yang tak lazim dalam perang gurun. Barisan gajah itu membuat Arab gentar. Seorang bangsawan Yaman, Dzu Nafar, mencoba mengadang. Gagal. Nufail bin Habib al-Khath’ami pun bangkit. Tertawan. Bahkan akhirnya menjadi penunjuk jalan menuju Makkah.

Di Ta’if, warga lokal dengan licik menyesatkan Abrahah agar tak merusak rumah dewa mereka, Lata. Tapi akhirnya jalan menuju Makkah terbuka.

Pasukan Abrahah sampai di Tihama dan menyita seratus unta milik Abdul Muthalib. Sebuah pesan dikirim ke Makkah: “Kami tak datang untuk berperang. Kami hanya ingin merobohkan Kakbah. Jika kalian tak melawan, darah tak perlu tumpah.”

Baca juga: Kiswah Kakbah Diangkat Setinggi 3 Meter, Tanda Musim Haji Dimulai

Di markas Abrahah, delegasi Quraisy diterima. Sang jenderal mau mengembalikan unta, tapi tak sudi mendengarkan permohonan agar Kakbah diselamatkan. Bahkan tawaran harta dari Tihama ditampiknya. “Aku akan hancurkan rumah itu,” katanya pendek.

Malam menjelang, warga Makkah meninggalkan kota. Mereka naik ke lereng-lereng bukit, membawa anak-anak dan doa. Di bawah langit yang redup, Abdul Muthalib berdoa di hadapan Kakbah, menyerahkan nasib kepada langit.

Dan esok paginya, langit menjawab.

Baca juga: Kisah Tampilkan Muhammad Al-Amin saat Renovasi Kakbah

Burung-burung datang. Tidak banyak, tapi cukup untuk mengubah sejarah. Dalam narasi Qur’an, burung-burung itu melemparkan batu-batu panas — bisa jadi meteor kecil, bisa jadi simbol penyakit yang mewabah.

Dalam hitungan hari, pasukan Abrahah porak-poranda. Gajah-gajah meringkuk ketakutan. Bala tentara tergeletak, tubuh mereka berlubang-lubang seperti daun-daun busuk yang dilanda hama. Abrahah berhasil pulang ke Shan’a, tapi tubuhnya membusuk sebelum sempat duduk kembali di singgasananya.

Tahun Gajah adalah titik nadir kekuasaan luar atas tanah Arab. Tapi bagi penduduk Makkah, itu bukan hanya tentang kemenangan tanpa perlawanan. Itu adalah pesan dari langit tentang kehendak Ilahi menjaga rumah yang ditinggikan.

Beberapa dekade kemudian, seorang anak lahir di kota itu. Ia cucu Abdul Muthalib. Namanya Muhammad. Ia tak lahir di istana, tapi di antara batu dan pasir, dalam kota yang diselamatkan dari ambisi seorang raja.

Baca juga: Abu Yazid Al-Busthami: Kakbah Bisa Dikunjungi Tiap Saat karena Bukan Serambi Istana Raja

Kisah ini diabadikan dalam Surah al-Fil — Surat Gajah — dan menjadi bagian dari ingatan kolektif bangsa Arab sebelum datangnya Islam. Namun bagi sejarawan, Tahun Gajah bukan hanya legenda religius. Ia adalah momen geopolitis ketika ambisi regional, agama, dan politik saling bersinggungan — dan akhirnya roboh, bukan oleh senjata, tapi oleh sesuatu yang tak terlihat: wabah, ketakutan, dan keyakinan.

Sejarah tak selalu ditulis oleh pemenang. Kadang ia ditulis oleh yang bertahan. Dan kali ini, Makkah bertahan.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 15 Juni 2025
Imsak
04:29
Shubuh
04:39
Dhuhur
11:57
Ashar
15:18
Maghrib
17:49
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan