Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Kamis, 13 November 2025
home masjid detail berita

Utsman bin Affan: Si Pemalu Dermawan yang Tajir, Giginya Berlapis Emas

miftah yusufpati Selasa, 11 November 2025 - 16:00 WIB
Utsman bin Affan: Si Pemalu Dermawan yang Tajir, Giginya Berlapis Emas
Usman bin Affan, khalifah ketiga, dikenal lembut dan pemalu, namun teguh dan dermawan. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID – Ketika dibaiat sebagai khalifah, usia Utsman bin Affan hampir mencapai 70 tahun. Rambutnya yang dahulu lebat telah menipis, wajahnya cerah berkulit sawo matang, dan giginya berlapis emas—simbol kesejahteraan seorang saudagar yang sukses. Muhammad Husain Haekal dalam Usman bin Affan: Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan (Pustaka Litera AntarNusa, terjemahan Ali Audah, 1982) menulis, “Ia selalu mengenakan pakaian bermutu tinggi, karena hidupnya serba nyaman.”

Namun di balik penampilan itu, tersimpan sosok yang amat pemalu. Sifat ini bukan sekadar kepribadian, melainkan bagian dari spiritualitasnya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Umatku yang paling pemalu adalah Utsman.” Bahkan, Aisyah ra. meriwayatkan, ketika Abu Bakar dan Umar datang menemui Rasulullah, beliau tetap dalam posisi santai; tetapi saat Utsman meminta izin masuk, Rasulullah menurunkan pakaiannya. “Tidakkah saya malu kepada orang yang malaikat pun malu kepadanya?” ujar Nabi.

Sebelum Islam datang, Utsman dikenal sebagai saudagar pakaian dari Bani Umayyah—keluarga besar Quraisy yang paling kuat secara ekonomi. Kejujuran dan kesopanan membuatnya dipercaya banyak orang. Ia tidak pernah terlibat dalam perilaku jahiliah seperti mabuk, berfoya-foya, atau memperdaya perempuan muda, sebagaimana kebiasaan masyarakat Mekah kala itu.

Kelemah-lembutannya tidak menafikan keteguhan pendirian. “Bila sudah mengambil keputusan, ia gigih dan tidak mudah menyerah,” tulis Haekal. Ia dermawan, lembut, dan disukai orang banyak—tiga sifat yang membuatnya tampak sempurna, tetapi sekaligus menjadi tantangan ketika ia memimpin negara.

Dari Saudagar Menjadi Khalifah

Utsman lahir enam tahun setelah Tahun Gajah—enam tahun lebih muda dari Rasulullah. Sejarah mencatat, ia termasuk gelombang awal yang memeluk Islam. Dalam Sirat Sayyidina Muhammad Rasulillah karya Ibn Hisyam, disebutkan bahwa Utsman termasuk tujuh orang pertama yang masuk Islam atas ajakan Abu Bakar as-Siddiq.

Dalam at-Tabaqat karya Ibn Sa’d, dikisahkan Utsman dan Talhah bin Ubaidillah menemui Rasulullah SAW, lalu beliau menawarkan Islam dan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. “Kami mendengar suara memanggil dari langit, ‘Ahmad sudah di Mekah,’ maka kami datang,” kata Utsman sebagaimana dikutip Ibn Sa’d.

Kesetiaan dan ketulusannya membuatnya dekat dengan Nabi. Ia menikahi Ruqayyah, putri Rasulullah, dan setelah istrinya wafat, ia kembali dinikahkan dengan Ummu Kulthum—putri Nabi yang lain. Dari situlah lahir gelar Dzul Nurain, pemilik dua cahaya.

Antara Kekhalifahan dan Kekuasaan

Namun, masa kekhalifahannya kelak menjadi titik paling kontroversial dalam sejarah Islam. Utsman memimpin di masa transisi: dari pemerintahan berbasis keutamaan pribadi menuju sistem yang mulai menyerupai dinasti. Haekal mencatat bahwa kebijakan Utsman yang banyak melibatkan kerabat Bani Umayyah memunculkan kecaman keras, bahkan dari sebagian sahabat besar.

Di sinilah muncul apa yang oleh Haekal disebut “pergeseran dari kekhalifahan menuju kerajaan.” Dalam bukunya, ia menulis, “Utsman tidak bermaksud membangun kerajaan, tetapi sistem patronase yang ia warisi dari budaya Quraisy perlahan membentuk struktur kekuasaan yang berpusat pada keluarga.”

Sejarawan modern seperti Wilferd Madelung dalam The Succession to Muhammad (Cambridge University Press, 1997) memperkuat pandangan itu. Ia menilai masa Utsman menjadi “awal dari konflik politik Islam yang bersumber dari ketegangan antara ideal moral dan realitas kekuasaan.”

Warisan Seorang Pemalu

Utsman wafat di tangan pemberontak di rumahnya sendiri, sambil membaca Al-Qur’an. Darahnya menetes di atas mushaf yang terbuka pada surah Al-Baqarah ayat 137: “Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Ia meninggalkan warisan paradoks: khalifah yang lembut tetapi ditumbangkan dengan kekerasan, saudagar yang kaya tetapi mati dalam kesederhanaan, dan pemimpin yang pemalu tetapi mengukir sejarah besar tentang kekuasaan dan moralitas.

Haekal menutup catatannya dengan kalimat reflektif: “Utsman adalah cermin manusia yang terjepit antara idealisme wahyu dan realitas dunia. Ia bukan hanya khalifah ketiga, tapi simbol dari pergeseran kekuasaan Islam menuju bentuk yang lebih duniawi.”

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Kamis 13 November 2025
Imsak
03:56
Shubuh
04:06
Dhuhur
11:40
Ashar
15:01
Maghrib
17:52
Isya
19:04
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌۚ
Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
QS. Al-Ikhlas:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan