Salah satu masalah yang sering ditemukan dalam kehidupan rumah tangga adalah tidak disukainya pasangan oleh keluarga sendiri. Sebagai contoh, istri tak disukai keluarga suami
Pasangan Prof. Dr. Muhaji, S.T., M.T., dan Prof. Dr. Rita Ismawati, S.Pd., M.Kes dikukuhkan bareng sebagai guru besar Universitas Negeri Surabaya (Unesa)
Pembagian tugas dalam rumah tangga seringkali dianggap tidak wajar. Pembagian tugas tak jarang memicu perdebatan yang mengakibatkan ketegangan antarpasangan.
Saat bulan Ramadhan, ada sebagian di antara kita yang terkadang belum mandi junub hingga waktu Subuh tiba, baik karena terlalu dingin atau sebab lainnya. Akan tetapi, hal tersebut tidak akan mengganggu puasa yang dijalankannya.
Luka emosional tersebut bukan berarti tidak bisa disembuhkan. Dengan waktu dan dukungan yang tepat, luka tersebut bisa sembuh dan menghadirkan sakinah mawaddah wa rahmah dalam keluarga.
Pengasuh Pondok Pesantren Al Bahjah, Prof. Yahya Zainul Ma'arif (Buya Yahya), menjelaskan nafkah merupakan kewajiban yang Allah bebankan kepada suami untuk istri.
Buya Yahya mengingatkan agar setiap pasangan bisa saling mengingatkan agar mendapatkan keselamatan bersama. Sehingga tidak boleh ada seseorang yang takut dengan pasangannya sendiri.
Psikolog sekaligus penulis buku Membasuh Luka Pengasuhan, Diah Mahmudah, menjelaskan, suami memiliki peran penting dalam menyembuhkan luka pengasuhan yang dialami seorang istri.
Belakangan ini munucul tren nikah di KUA viral di media sosial. Anak-anak muda mulai banyak yang bangga karena memilih menikah di KUA gratis. Bagi mereka, menikah berarti mencapai mimpi bersama pasangan hidup.
Mayoritas ulama menyebut para istri pada hakikatnya tidak punya kewajiban untuk berkhidmat kepada suami. Mereka sepakat tugas seorang istri bukan mengerjakan urusan rumah tangga.