Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 08 Oktober 2025
home sosok muslim detail berita

Dari Syekh Subakir hingga Mbah Wasil, Penyebar Islam di Nusantara

Muhajirin Sabtu, 18 Juni 2022 - 17:36 WIB
Dari Syekh Subakir hingga Mbah Wasil, Penyebar Islam di Nusantara
Ilustrasi (foto: istimewa)
LANGIT7.ID - Mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siradj, mengatakan, masuknya Islam di Nusantara memiliki banyak sumber. Ada yang langsung dari Hadratulmaut (Yaman), Persia, dan China.

“Dari Arab, ada kuburan di Sidayu, Gresik, kuburannya Fatima binti Maimun. Dia adalah orang Arab yang konon datang ke Nusantara masih awal-awal pada era Dinasti Bani Umayyah,” kata KH Said Aqil di kanal Youtube NU Channel, Sabtu (18/6/2022).

Di Barus, Sumatera Utara ada pula jejak-jejak sejarah Islam yang datang sejak Dinasti Bani Umayah. Tapi, yang banyak tercatat dalam sejarah adalah Islam datang dari Persia.

Ada seorang ulama bernama Syekh Subakir yang diperintah oleh Kekhalifahan, dalam banyak literatur disebutkan diperintah oleh Sultan Muhammad I dari Kesultanan Ottoman, untuk datang ke Jawa.

Baca Juga: Wayang dalam Pandangan Islam, Cara Brilian Sunan Kalijaga Mengislamkan Budaya

“Syekh Ahmad Subakir datang ke Nusantara atas perintah Sultan dari sana, karena pedagang-pedagang Persia datang ke Nusantara, berangkat 100, pulang tinggal 50, karena mati,” kata KH Said Aqil.

Syekh Subakir lalu berkenalan dengan Ratu Shima, penguasa Kerajaan Kalingga di Jepara. Ratu Shima terkenal sangat adil. Syekh Subakir melihat, penyebab banyak pedagang Persia meninggal dunia adalah mahluk halus yang jahat.

“Syekh Subakir berkesimpulan bahwa makhluk jahat itu yang sering membunuh pedagang-pedagang Persia. Maka, Syekh Subakir dalam legenda disebutkan merantai mahluk jahat itu lalu dibuang ke Laut Selatan. Kecuali ada dua mahluk halus yang baik, tidak mengganggu Islam, tapi tidak masuk Islam, yang bernama Sanghyang Semar dan Sanghyang Togog,” tutur KH Said Aqil.

Datang pula Syekh Riasiddin An-Nisaburi yang terkenal dengan nama Mbah Wasil. Dia merupakan tokoh sufi. Dia datang ke Kediri dan berteman dengan Raja Kediri bernama Joyoboyo (Jayabaya).

Mbah Wasil membawa kitab Al-Asrar yang berisi prediksi masa depan. Buku itu diajarkan kepada Raja Joyoboyo yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa. Hingga kini, buku dikenal dengan judul Ramalan Joyoboyo.

Datang Syekh Hasanuddin di Dengklok, Karawang. Dia memiliki suara merdu mengajarkan Al-Qur’an kepada masyarakat Jawa Barat. Dia dikenal dengan Syekh Qurra. Prabu Siliwangi yang kala itu beragama Budha sangat marah saat mengetahui ada agama baru masuk ke Tanah Sunda.

Dia lalu datang ke Dengklok Karawang dengan niat ingin membunuh Syekh Qurra. Namun, belum sempat mewujudkan niat itu, Prabu Siliwangi jatuh cinta kepada murid Syekh Qurra bernama Subang Larang.

Singkat cerita, Prabu Siliwangi dan Subang Larang menikah. Dia memiliki putra bernama Prabu Kian Santang atau Syekh Rahmatullah yang mengislamkan seluruh daerah Jawa Barat, kecuali Pattipukumung dan anak buah Suku Badui yang tetap beragama Sunda Wiwitan.

Baca Juga: Benarkah Dakwah Walisongo tidak Sesuai Syariat Islam?

Anak kedua bernama Syekh Somadullah (Kiku Cirebon). Anak ketiganya bernama Rara Santang (Syarifah Mudaim) yang menikah dengan Habib Abdullah Umdatuddin Azmatkhan yang memiliki putra bernama Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).

“Artinya, Islam di Jawa Barat disebarkan tidak dengan kekerasan, tidak dengan pedang, tapi karena Raja jatuh cinta kepada Subanglarang,” tutur KH Said Aqil.

Di Jawa Timur, Islam juga masuk tanpa kekerasan. Jawa Timur kala itu masih di bawah kekuasaan Majapahit. Raja terakhir bernama Brawijaya V yang memiliki banyak istri. Di antara istrinya itu ada muslimah dari China bernama Su Badchi (Dewi Retno). Dia punya anak laki-laki bernama Jin Bun.

“Jin Bun ini terkenal sangat nakal. Akhirnya dia diusir dari istana. Dia jalan ke timur sampai ke Ampel Surabaya. Dia berjumpa dengan Syekh Rahmatullah (Sunan Ampel). Jin Bun masuk Islam dan mengganti nama dengan Abdul Fattah dan dikenal dengan nama Raden Patah,” kata KH Said Aqil.

Setelah belajar Islam dan hafal Al-Qur’an selama 5 tahun, dia minta izin untuk membentuk Kerajaan Islam. Maka berdirilah Kerajaan Demak. Begitu mendengar anaknya membuat Kerajaan Islam, Briwijaya V mengontak Raja Sriwijaya Palembang yang bernama Arya Damar, saudara Jin Bun.

Baca Juga: Menelusuri Silsilah KH Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah Keturunan Walisongo

Brawijaya V menanyakan perihal saudaranya yang sudah masuk Islam. Namun, Arya mengatakan, “saya sendiri sudah masuk Islam.” Dia mengganti nama Fatahillah.

Lama-lama rakyat Majapahit ikut Demak. Sebab, kalau ikut Demak maka dipanggil santri. Kata santri kala itu dikenal dengan berakhlak budi luhur, sopan santun, amanah. Brawijaya V yang ditinggal rakyatnya akhirnya masuk Islam juga.

“Setelah Brawijaya masuk Islam, maka sejarah Kerajaan Majapahit pun tamat. Raja Majapahit bubar tanpa peperangan. Begitulah para wali menyebarkan Islam di Tanah Jawa tanpa peperangan,” ucap KH Said Aqil.

(jqf)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 08 Oktober 2025
Imsak
04:09
Shubuh
04:19
Dhuhur
11:44
Ashar
14:44
Maghrib
17:49
Isya
18:58
Lihat Selengkapnya
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”
QS. Ali 'Imran:64 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan