Oleh: DR KH Anwar Abbas, Pengamat Sosial Ekonomi dan Keagamaan, Wakil Ketua Umum MUILANGIT7.ID-Tanggal 14 Maret 2025 menandai 45 tahun sejak wafatnya Mohammad Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia. Bung Hatta meninggal dunia pada 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, dalam usia 78 tahun, setelah 11 hari dirawat di rumah sakit tersebut.
Meskipun beliau adalah salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Indonesia, Bung Hatta memilih untuk dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta Selatan, bukan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ini merupakan permintaan pribadinya, yang mencerminkan kesederhanaan dan kerendahan hatinya.
Bung Hatta adalah sosok yang sulit dilupakan oleh bangsa Indonesia. Peran dan jasanya dalam membangun fondasi negara ini sangatlah besar. Beliau tidak hanya dikenal sebagai Bapak Proklamator, tetapi juga sebagai seorang negarawan yang meletakkan prinsip-prinsip dasar ekonomi Indonesia. Prinsip-prinsip tersebut tertuang dalam Pasal 33 dan 34 Undang-Undang Dasar 1945, yang hingga kini menjadi landasan sistem ekonomi Indonesia.
Dalam Pasal 33 UUD 1945, disebutkan bahwa:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Sementara itu, Pasal 34 menyatakan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Sistem ekonomi yang dirumuskan Bung Hatta bukanlah sistem ekonomi liberal-kapitalis maupun sosialis-Marxis yang atheistik, melainkan sistem ekonomi sosialisme ala Indonesia yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Sistem ini menekankan pentingnya peran negara dalam melindungi dan memakmurkan rakyat, terutama mereka yang termarginalkan.
Bung Hatta juga dikenal sebagai sosok yang sangat integritas. Di tengah maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) di Indonesia, teladan Bung Hatta menjadi semakin relevan. Beliau adalah politisi yang negarawan, yang selalu memikirkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompoknya. Bahkan, istri beliau sendiri tidak mengetahui kebijakan-kebijakan yang dibuatnya.
Sebuah cerita terkenal menceritakan bagaimana tabungan istri beliau yang rencananya akan digunakan untuk membeli mesin jahit, terpaksa batal karena nilai uangnya jatuh akibat kebijakan ekonomi yang diambil Bung Hatta. Ini menunjukkan betapa teguhnya prinsip dan integritas beliau.
Mencari sosok pemimpin seperti Bung Hatta di era sekarang bukanlah hal yang mudah. Namun, bukan berarti mustahil. Sebagai bangsa, kita perlu terus berharap dan berusaha untuk menemukan pemimpin yang memiliki integritas, visi, dan dedikasi seperti Bung Hatta. Pemimpin yang tidak hanya memikirkan diri sendiri atau kelompoknya, tetapi benar-benar memikirkan kesejahteraan rakyat dan kemajuan bangsa.
Semoga di masa depan, Indonesia dapat melahirkan pemimpin-pemimpin yang mampu meneladani semangat dan integritas Bung Hatta. Amin.
(lam)