Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 09 Juli 2025
home masjid detail berita

Mengapa Sebagian Kaum Muslimin Mengkafirkan Sesamanya?

miftah yusufpati Kamis, 03 Juli 2025 - 17:00 WIB
Mengapa Sebagian Kaum Muslimin Mengkafirkan Sesamanya?
Syaikh Yusuf al-Qardhawi mengajak umat untuk menjawab ekstrimisme bukan dengan ekstrem balik, tapi dengan hikmah, ilmu, dan keteladanan. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID-Dalam riwayat sejarah Islam, vonis “kafir” bukan sekadar label keagamaan, tapi sering menjelma jadi peluru yang mematikan persaudaraan sesama Muslim.

Dalam era kontemporer, hal ini bangkit kembali dalam berbagai rupa: kelompok yang menamakan diri “Jamaah al-Takfir,” “Jamaah al-Hijrah,” atau gerakan Islamis radikal lainnya, kerap menyatakan sebagian besar kaum Muslimin hari ini murtad, salat mereka tidak sah, dan ibadah mereka tertolak. Fenomena ini bukan hanya meresahkan, tapi menjadi ancaman serius terhadap tatanan sosial dan teologis Islam itu sendiri.

Syaikh Yusuf al-Qardhawi, ulama besar kontemporer, telah merespons isu ini dalam salah satu fatwanya secara panjang dan terperinci. Ia menegaskan bahwa gejala ini merupakan buah dari pemahaman agama yang sempit, tidak proporsional, dan mengabaikan ilmu.

Menurut Qardhawi, radikalisme takfiri bukan semata soal niat buruk—sebaliknya, justru sering lahir dari niat baik yang salah arah.

Baca juga: Kufur yang Tak Selalu Kafir: Mengurai Makna dan Kebijaksanaan Islam dalam Perbedaan

Akar Pemikiran Ekstrem Takfiri

Fenomena mengafirkan sesama Muslim bukan baru. Sejak era Khawarij di masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, benih takfir telah tumbuh dalam sejarah Islam. Namun Qardhawi menawarkan analisis mendalam tentang empat faktor utama yang mendorong munculnya kembali pemikiran ekstrem di era modern:

1. Tersebarnya kemungkaran dan maksiat di masyarakat Muslim, yang justru didiamkan atau bahkan dirayakan, tanpa upaya amar ma’ruf dan nahi munkar yang efektif.

2. Lemahnya peran ulama dalam menghadapi kemunkaran politik dan sosial, bahkan cenderung lunak terhadap rezim yang menjalankan praktik sekuler dan represif.

3. Represi terhadap dakwah yang benar, sehingga kelompok Islamis moderat ditekan dan dibungkam, memberi ruang gerak bagi pemahaman bawah tanah yang lebih radikal.

4. Kekurangan ilmu dan semangat yang tidak dibarengi pemahaman yang utuh. Sehingga, sebagian pemuda Muslim hanya mengambil sebagian kecil dari ajaran agama, lalu menjadikannya sebagai alat vonis terhadap sesama.

Dalam konteks ini, semangat religiusitas berubah menjadi senjata, bukan pencerahan.

Baca juga: Orang-Orang Kafir setelah Mati Akan Disiksa 99 Ular, Begini Penjelasan Imam Al-Ghazali

Tiga Jalan, Dua Salah, Satu Benar

Pandangan Qardhawi terhadap kaum takfiri bersandar pada prinsip klasik Ahlussunnah wal Jamaah, yang menolak vonis kafir terhadap sesama Muslim kecuali dengan bukti yang sangat terang dan valid. Ia membagi pendekatan terhadap kelompok ini dalam dua pendekatan keliru dan satu pendekatan proporsional:

1. Pendekatan Represif semata, yang hanya mengandalkan penindakan tanpa membenahi akar kesalahpahaman. Ini hanya akan mendorong mereka semakin ekstrem dan menjelma menjadi gerakan bawah tanah.

2. Pendekatan Emosional dan Demonisasi, yakni menggambarkan mereka sebagai musuh tanpa mendengarkan niat dan keresahan mereka. Padahal, banyak dari mereka adalah orang-orang ikhlas dan tekun ibadah, hanya saja keliru arah dan rujukan.

3. Pendekatan Ilmiah dan Pembinaan, yaitu dengan menyampaikan hujjah, membangun dialog terbuka, dan memberi ruang belajar tentang Islam secara utuh—termasuk ilmu fiqih, maqashid syariah, dan akhlak dakwah.

Dalam hal ini, Al-Qardhawi tidak membela pemikiran mereka, tapi memahami dari mana asalnya. Ia tidak menjustifikasi kekeliruan, tapi juga tidak membunuh semangat di baliknya.

Baca juga: Alam Barzakh: Kisah Nabi Muhammad Berbicara dengan Mayat Kafir yang Telah Dikubur

Kemunculan kelompok ekstrem ini sejatinya adalah refleksi dari krisis umat itu sendiri. Ketika masyarakat Muslim tenggelam dalam kehidupan konsumtif, politik korup, moralitas yang rapuh, dan pengabaian ajaran Islam—maka muncul generasi muda yang marah, ingin kembali pada “Islam murni”. Sayangnya, mereka lebih banyak disuguhi retorika sempit daripada ilmu yang komprehensif.

Qardhawi menyitir Hasan al-Bashri yang berkata: "Setiap amal tanpa ilmu adalah kesesatan. Ilmu tanpa amal juga kesia-siaan."

Bagi Qardhawi, iman dan ilmu harus menjadi dua sayap gerakan Islam. Tanpa itu, mereka akan tersesat seperti halnya kaum Khawarij dahulu—yang rajin ibadah, fasih lisan, tapi tajam menyayat tubuh umat sendiri.

Mengembalikan Takfir ke Jalurnya

Hukum asal seorang Muslim adalah tetap Islam, kecuali ada dalil qath’i (pasti) dan syarat-syarat yang ketat untuk menyatakan keluar dari Islam. Dalam ushul fikih, diterapkan kaidah:

"La yukaffaru ahadun min ahlil qiblah bi dzanbin"
(Tidak boleh mengkafirkan seorang pun dari ahli kiblat hanya karena dosa.)

Ini ditegaskan oleh Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad. Para ulama sepakat bahwa melakukan dosa besar tidak otomatis membuat seseorang kafir, kecuali jika dosa itu disertai pengingkaran terhadap syariat secara sadar dan sengaja.

Baca juga: Kisah Jin di Era Rasulullah: Ada yang Membantu Kafir Quraisy dalam Perang Badar

Fenomena takfiri adalah luka terbuka dari umat yang tak mendapat pengobatan tepat. Ia tumbuh di antara kekecewaan, ketertindasan, dan kehilangan arah. Menyerang mereka tanpa pendidikan, hanya akan memperpanjang derita.

Syaikh Yusuf al-Qardhawi mengajak umat untuk menjawab ekstrimisme bukan dengan ekstrem balik, tapi dengan hikmah, ilmu, dan keteladanan. Menerangi kegelapan bukan dengan api, tapi dengan pelita yang sabar.

Karena pada akhirnya, tujuan baik tanpa ilmu adalah jalan sesat yang tampak suci — dan Islam, adalah cahaya yang menuntun ke jalan tengah, bukan jalan gelap penuh luka.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 09 Juli 2025
Imsak
04:34
Shubuh
04:44
Dhuhur
12:01
Ashar
15:23
Maghrib
17:55
Isya
19:08
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan