Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 31 Oktober 2025
home masjid detail berita

Kisah Humor Sufi Nasrudin Hoja: Jika Kau Percaya Ia Beranak, Percayalah Ia Bisa Mati

miftah yusufpati Rabu, 23 Juli 2025 - 05:15 WIB
Kisah Humor Sufi Nasrudin Hoja: Jika Kau Percaya Ia Beranak, Percayalah Ia Bisa Mati
Orang yang serakah sering lebih mudah ditipu, karena matanya tertutup oleh keinginannya sendiri. Ilustrasi: Ist
LANGIT7.ID-Suatu hari, Nasrudin Hoja meminjam sebuah periuk besar dari tetangganya. Seminggu kemudian, ia mengembalikannya sambil membawa serta sebuah periuk kecil yang diletakkan di dalamnya.

Sang tetangga terheran-heran melihat ada tambahan periuk kecil itu. Ia bertanya, “Nasrudin, ini periuk kecil siapa? Aku cuma meminjamkan satu periuk besar saja.”

Dengan wajah serius bercampur polos, Nasrudin menjawab, “Oh, begini. Waktu aku meminjam periukmu, ternyata ia sedang hamil. Dua hari kemudian ia melahirkan periuk kecil ini. Jadi, ini anaknya, aku pikir wajar kalau ikut kuantarkan juga padamu.”

Sang tetangga, yang matanya berbinar-binar melihat periuk tambahan itu, langsung tertawa senang. “Ah, Nasrudin, kau ini ada-ada saja. Ya sudah, terima kasih, terima kasih!” katanya sambil menerima kedua periuk itu dengan riang.

Beberapa minggu kemudian, Nasrudin kembali datang dan meminjam periuk besar yang sama. Sang tetangga, masih ingat ‘keuntungan’ yang didapat sebelumnya, dengan senang hati menyerahkan periuknya lagi.

Baca juga: Kisah Humor Sufi Nasrudin Hoja: Kuda Pinjaman

Namun, kali ini, sudah berhari-hari bahkan berminggu-minggu berlalu, Nasrudin tak juga mengembalikannya. Sang tetangga mulai kesal dan mendatangi rumah Nasrudin sambil mengetuk pintu keras-keras.

Begitu pintu dibuka, ia melihat Nasrudin duduk di lantai sambil terisak-isak, wajahnya penuh kesedihan.

“Apa yang terjadi?!” tanya tetangganya dengan gusar.

Sambil menyeka air mata, Nasrudin berkata lirih, “Oh… sungguh malapetaka, periukmu meninggal dunia di rumahku. Takdir telah menjemputnya. Aku sudah memakamkannya di halaman belakang.”

Mendengar itu, sang tetangga melonjak marah. “Nasrudin! Jangan belagak bodoh! Mana ada periuk bisa meninggal dunia?!”

Nasrudin pun berhenti menangis, menatap lurus pada tetangganya, lalu berkata dengan tenang, “Kalau kau percaya periukmu bisa melahirkan anak, mengapa kau tidak percaya ia juga bisa meninggal?”

Sang tetangga hanya bisa terdiam, sementara Nasrudin diam-diam tersenyum di balik janggutnya.

Baca juga: Kisah Humor Sufi Nasrudin Hoja: Jika Ini Kucing Dua Kilo, Lalu Mana Ikan Dua Kilo?

Hikmah dari kisah humor sufi Nasrudin ini sangat dalam, meskipun dikemas dengan kelucuan. Beberapa pelajaran yang bisa kita petik antara lain:

1. Jangan serakah karena tipu daya mudah masuk lewat keserakahan.

Ketika pertama kali Nasrudin mengembalikan periuk dengan tambahan “anaknya,” si tetangga senang sekali, tanpa berpikir logis: mana mungkin periuk bisa melahirkan? Karena tamak pada keuntungan kecil yang tak wajar, dia jadi buta terhadap akal sehat — dan akhirnya tertipu.

2. Siapa yang menerima kebohongan pertama, harus siap menerima kebohongan berikutnya.

Tetangga itu menerima cerita kelahiran periuk tanpa protes, jadi Nasrudin “berhak” menggunakan logika yang sama saat mengatakan periuk itu “meninggal.” Kalau kita menerima dusta atau ketidakjujuran saat menguntungkan kita, jangan kaget kalau dusta itu kembali saat merugikan kita.

3. Jangan terlalu mudah percaya pada hal yang tidak masuk akal hanya karena membawa keuntungan.

Sufi sering mengingatkan bahwa nafsu (tamak, ingin lebih) sering membuat kita menolak logika dan jatuh pada tipu daya.

Baca juga: Kisah Humor Sufi Nasrudin Hoja: Bahasa Burung

4. Humor sebagai cara untuk menyindir sifat manusia.

Dengan cara jenaka, kisah ini mengajak kita bercermin pada diri sendiri: apakah kita pernah membenarkan sesuatu yang tidak benar hanya karena kita dapat keuntungan?

Jadi, hikmahnya bisa dirangkum: “Orang yang serakah sering lebih mudah ditipu, karena matanya tertutup oleh keinginannya sendiri. Kejujuran, logika, dan kesederhanaan adalah pelindung dari tipu daya.”

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 31 Oktober 2025
Imsak
03:59
Shubuh
04:09
Dhuhur
11:40
Ashar
14:55
Maghrib
17:49
Isya
19:00
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سَبَّحَ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۚ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ
Apa yang di langit dan di bumi bertasbih kepada Allah. Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
QS. Al-Hadid:1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan