LANGIT7.ID-Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB)tahun 2025 dilaksanakan pada bulan september-oktober, kegiatan tersebut menjadi salah satu ajang kampus untuk menyambut dan membekali mahasiswa baru dalam memasuki dunia kampus. ini merupakan langkah awal transisi menuju kehidupan perkuliahan yang menuntut proses adaptasi dengan lingkungan akademik dan sosial.
Mahasiswa/i merupakan lanjutan pendidikan dari tingkat SMA/SMK/MA kepada jenjang selanjutnya, secara keseluruhan fungsi mahasiswa sangatlah luas mereka menjadi agen perubahan, kontrol sosial, pelindung nilai, inovator ilmu pengetahuan, dan calon pemimpin masa depan. Peran yang besar ini tentu harus di dukung demgan kemampuan dan pengatahuan yang kuat, sehingga ia benar-benar menjadi jalan keluar menjadi pemimpin bangsa yang akan datang.
Namun belakangan ini media justru menyoroti sisi yang lain dari mahasisiwa/i yaitu tren outfit, jenis komunikasi yang digunakan dan perilaku Mahasiswa/i, setidaknya ada beberapa fenomena yang muncul di kalangan mahasiswa/i yang cenderung berpakaian mewah bak seperti ibu pejabat atau anak para elit bangsa, ada juga yang mengendarai mobil mewah seperti milider dan yang paling sering terlihat adalah perilaku yang urakan (bahasa milenial) dan nir moral, serta jenis komunikasi yang digunakan seperti anjay, ngab (bang), ambyar, gabut, gercep, halu, mager mantul, santuy, kepo, pansos, sabi dan woles tentu tidak semua mahasiswa/i yang seperti itu.
ada yang menilai mahasiswa/i hari ini tidak mampu menjadi pioner sebagai daya dobrak untuk merestorasi terhadap kebuntuan negeri ini, banyak tentunya kritikan yang dialamatkan kepada mahasiswa/i yang sedang asik dengan dunianya, kadangkala ia terlena dengan label kemahasiswaannya yang bebas dan dengan gayanya sendiri.
Kecendrungan adu outfit dan paling bergayaTren outfit di Indonesia sendiri telah berkembang pesat karena di dukung dengan media sosial, role model entertainment, dunia bisnis, dan bahkan internet. Dengan adanya pergantian tren fashion setiap tahun atau bulan selalu mengalami perubahan-perubahan, hal ini mengakibatkan beberapa mahasiswa/i menjadi konsumtif akan kebutuhan sandang berupa outfit.
Menurut salah satu survei YouGov mengatakan bahwa, setidaknya orang membung satu item pakaian pertahun sebesar 66 Persen, dan membuang 10 item pakaian pertahun sebanyak 25 persen. Hal ini juga berdasarkan Aliansi Mode Perserikatan Bangsa-Bangsa juga menyatakan bahwa industri fashion global menghasilkan sampai 10% dari total emisi karbon dunia yang berkontribusi terhadap pergantian iklim. Dampak dari efek tren mode tidak hanya terjadi pada lingkungan melainkani juga kesehatan.
Kecenderungan “adu outfit” di kalangan mahasiswa/i yang saat ini ramai di perbincangan, ia serasa sudah memiliki uang dan usaha sendiri tanpa ada sokongan dari orang tua, padahal bisa jadi orang tuanya sedang memiliki kebuntuan untuk membayar segala fasilitas dan keperluan orang tuanya, yang terjadi adalah orang tua memaksanakan untuk memenuhi segala keinginan dari mahasiswa/i tersebut. Ada juga orang tua yang berhutang sana sini, atau ia harus bekerja lebih pagi agar semuanya terpenuhi.
Mahasiswa juga sering di identikan dengan paling banyak bergaya, mulai dari jenis handphone bermerk yang digunakan termasuk yang paling staylish dan glamor, ada juga yang mengindikasikan mahasiswa/i sedang terjangkit dengan akronim dari fear of missing out (FOMO), sehingga ia mungkin lupa hal utama yang harus dilakukan oleh mahasiswa yaitu mengisi dengan diskusi dan ketajaman argumentasi.
Akhirnya di antara beberapa mahasiswa, ada tekanan untuk terlihat stylish. Karena adanya desakan sekitar dan bila tidak mengikuti outfit of the day dianggap tidak pas ikut bergabung dengan lainnya. Maka biasanya menciptakan kompetisi baru yang disebut dengan adu outfit kuliah, dalam hal ini tentu perlu disadari bahwa tidak larangan dalam menggunakan outfit yang disukai selama sesuai dengan norma kesopanan dan aturan agama.
Perhatian agama terhadap mahasiswaSiklus perubahan arah mahasiswa dari waktu ke waktu mengalami banyak perbedan, dulu kita sering mendengar bahwa menjadi mahasiswa/i justru untuk mengubahan nasib dan kehidupan keluarga, dari yang tadinya tidak mampu naik menjadi sampai kepada dari yang mampu naik tangga menjadi kaya. Sehingga kesuksesan benar-benar didapatkan melalui perjuangan dari bawah hingga baik level ke level-level berikutnya dan seterusnya dan seterusnya.
Sampai pada pergaulan yang begitu bebas antara laki-laki dan perempuan seperti longgarnya batasan-batasan keduanya, padahal dari sisi Agama Islam interaksi antara laki-laki dan perempuan memiliki batasan yang wajar dimana ia harus mengedepankan porsi masing-masing, tentu tidak terlalu konvensional dalam melaksanakannya melainkan ada pola interaksi yang satu sama lain harus menunjukkan kesadaran menjaga diantara keduanya.
Islam telah mengatur dimana keduanya diperbolehkan melaksanakan aktivitas bersama sepanjang tetap dalam koridornya bahkan diajurkan bila perlu untuk berkolaborasi.
Sebagaimana Qur'an surah An-Nisa ayat 124
وَمَنْ يَّعْمَلْ مِنَ الصّٰلِحٰتِ مِنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَاُولٰۤىِٕكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُوْنَ نَقِيْرًا
"Siapa yang beramal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, sedangkan dia beriman, akan masuk ke dalam surga dan tidak dizalimi sedikit pun"
Ayat ini menjadi penjelasan bahwa perbuatan baik tidaklah melihat dari jenis dan golongannya melainkan siapapun dapat mengerjakan selama tidak menyalahi aturan agama, hal ini menjadi menarik karena setiap manusia dari laki-laki ataupun perempuan dapat berkreasi mengerjakan amal sholeh sesuai dengan kemampun tidak melulu terjebak pada hal-hal yang feminis.
Agama mendorong agar mahasiswa/i lebih aktif berkreasi menujukkan kepribadian propetik yang menjadi penerus tugas kerasulan, karena di dalamnya terpartri pikiran secara rasional dan meninggalkan cara-cara berpikir secara mitos, umat Islam harus juga berpikir secara empiris dan menyeluruh (baca paradigma Islam intepretasi untuk aksi Kuntowijoyo, 1991)
Sehingga bab outfit mahasiswa/i menjadi bagian penting yang di perhatikan agama karena ada investasi kemanusiaan dan pengatahuan yang sangat mulia, seyogyanya lentera agama berada di pundaknya yang saat ini sedang berjihad untuk perubahan dan peran-peran agama hingga bangsa, sehingga tidak boleh dicederai dengan hal-hal yang justru mengurangi nilai tersebut. Adu outfit di kalangan mahasiswa tidak boleh menjadi habit baru ditengah mahasiswa, karena justru ini mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ekonomi keluarga kemudian dalam perspektif agama adu outfit berpotensi menimbulkan unsur penyakit riya (pamer), dan biasanya Orang yang terjangkit penyakit riya, tidak akan merasa puas jika apa yang di pakai tidak ditampilkan ke khalayak umum untuk dipuji. Sampai ia bahagia jika ada yang memberikan apresiasi (pemerhati fiqih sosial, Fathor Rohman, M.Ag)
(lam)