Imam al Ghazali mengatakan tobat adalah suatu penyesalan yang membawa kepada tekad dan keinginan kuat untuk tidak melakukan dosa lagi. Dan penyesalan itu dihasilkan oleh ilmu atau pengetahuan.
Di antara tanda-tanda sempurnanya tobat mereka adalah mereka memperbaiki apa yang dirusak oleh sifat munafik mereka. Serta agar mereka hanya berpegang pada Allah SWT saja bukan kepada manusia.
Ada rukun yang dituntut untuk dipenuhi dalam tobat, yaitu agar meninggalkan dosa, menyesal darinya, dan bertekad untuk tidak mengulanginya, semata karena Allah SWT saja.
Tobat harus dengan tekat yang kuat, bukan keinginan yang dilandasi oleh keragu-raguan. Tidak seperti mereka yang pada pagi harinya bertobat sementara pada sore harinya kembali mengulangi lagi dosanya.
Al-Qusyairi mengatakan penyesalan itu cukup untuk mewujudkan tobat. Karena penyesalan itu akan mengantarkan kepada dua rukun lainnya, yaitu tekad dan meninggalkan perbuatan dosa.
Taubat nasuha adalah taubat yang sebenarnya dan sepenuh hati, akan menghapus keburukan-keburukan yang dilakukan sebelumnya, mengembalikan keaslian jiwa orang yang bertaubat, serta menghapus keburukan-keburukan yang dilakukannya
Tobat adalah wajib bagi seluruh kaum mukminin dan melaksananya secepatnya adalah kewajiban yang lain. Sehingga tidak boleh ditunda pelaksanaannya. Karena itu akan berbahaya bagi hati orang yang beragama.
Apakah wajib taubat atas dosa-dosa kecil seperti atas dosa-dosa besar? Karena ia didapati terhapuskan secara otomatis dengan melakukan taubat atas dosa-dosa besar.
Dalam sunnah Nabi Muhammad SAW, kita banyak menemukan hadis-hadis yang mengajak kita untuk bertobat, menjelaskan keutamaannya, dan mendorong untuk melakukannya dengan berbagai cara.
Al Quran telah menyebutkan kepada kita tobat nabi-nabi dan orang-orang yang saleh atas perbuatan salah mereka. Mereka segera menyesal, bertobat dan beristigfar dari kesalahan itu.
Allah SWT memuji nabi-nabi-Nya dalam Al Qur'an dengan tindakan mereka yang melakukan istighfar itu. Mereka adalah manusia yang paling bersegera dalam melakukan istighfar dan yang paling senang melakukannya.
Kisah tobat Abdullah bin Mubarak mengajarkan perjalanan spiritual yang luar biasa. Dari kisah cinta yang membuatnya rela berdiri semalaman di bawah salju, ia bertransformasi menjadi ulama hadis terpandang. Kesalehan dan kedermawanannya terbukti dari berbagai karomah dan keikhlasan membantu sesama.