LANGIT7.ID - Ketidakadilan terus terjadi di berbagai belahan dunia. Kedzaliman mereka yang punya kekuatan, mengakibatkan penderitaan bagi mereka yang lemah.
Meski begitu, tak sedikit yang berani bersuara memberla yang lemah. Ada banyak aktivis yang muncul ke permukaan untuk menyerukan keadilan. Umumnya, aktivis berasal dari kaum Adam. Tapi ternyata, banyak juga aktivis muslimah yang berani melawan ketidakadilan dalam berbagai isu dan persoalan.
Nah, berikut ini 6 aktivis muslimah dari berbagai negara yang berdiri gagah berani melawan ketidakadilan di berbagai isu dan bidang.
1. Ahed Tamimi - Palestina
Ahed Tamimi merupakan remaja asal Palestina. Namanya menjadi dikenal publik karena berani melawan ketidakadilan di Tanah
Palestina. Dia Ditangkap oleh pasukan pendudukan Israel karena berani menampar dua tentara Israel pada 19 Desember 2017.
Aksi heroik Ahed Tamimi itu menginspirasi banyak orang, terutama pemuda-pemuda
Palestina. Dia lalu dijuluki simbol perlawanan. Rakyat
Palestina memandang Tamimi sebagai pahlawan atas keberaniannya menentang pendudukan Israel.
Vonis Tamimi dijatuhkan pada 21 Maret 2018, setelah melalui sidang beberapa kali dan masa penahanan selama 3 bulan. Sidang Tamimi dimulai di pengadilan militer pada 13 Februari.
Baca Juga: Palestina Lolos Piala Asia 2023, Berprestasi di Tengah Pendudukan Israel
Selanjutnya, Pengadilan Banding Militer menolak pengajuan banding dari Tamimi untuk menggelar sidang terbuka, yang mana menurut kuasa hukumnya akan membuat persidangan berjalan cukup adil.
Saat Tamimi bebas, ribuan ucapan selamat yang dialamatkan kepadanya. Bahkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengucapkan selamat pada Tamimi atas kebebasannya.
2. Linda Sarsour - Amerika Serikat
Linda Sarsour merupakan aktivis muslimah yang cukup berani tampil di Amerika Serikat. Sebagai orang yang berasal dari kaum minoritas, minat Linda tak surut memperjuangkan HAM.
Mengutip Al-Jazeera, Linda sebagai generasi baru aktivis muslimah begitu diakui. Dia merupakan seorang aktivis Palestina-Amerika dari New York City. Dia kerap melakukan perlawanan atas diskriminasi dan pengawasan terhadap muslim, masyarakat sipil kulit hitam, dan Islamofobia.
Dalam beberapa tahun terakhir, perjuangan Linda di New York membawanya lebih dekat dengan aktivis Afrika-Amerika yang berjuang terus-menerus. Dia telah menghabiskan tahun-tahunnya di Amerika sejak peristiwa 9/11 dalam kecurigaan tinggi.
Dia hidup di Amerika dalam keadaan defensif terhadap kecurigaan dan bias yang meningkat. Namun, dia menyebut masyarakat generasi saat ini telah cukup mengerti isu mengenai HAM berkat pengaruh media sosial.
3. Aisha Yesufu - Nigeria
Aisha Somtochukwu Yesufu merupakan seorang aktivis dan pengusaha Nigeria. Dia ikut mendirikan gerakan Bring Back Our Girls (BBOG). Dia terkenal sebagai aktivis muslimah karena perannya membela siswi Chibok yang diculik pada 2014.
Aisha tanpa lelah mengadakan protes menuntut penyelamatan 276 siswi yang diculik oleh teroris di Chibok. Dia lahir dan besar di Negara Bagian Kano. Orang tuanya miskin. Dia dibesarkan sebagai ghetto.
Dia juga memperjuangkan hak pendidikan untuk anak-anak perempuan di Nigeria. Dia tetap berdiri berjuang meski sadar betapa sulitnya bagi anak perempuan Nigeria untuk pergi ke sekolah.
4. Afreen Fatima - India
Afreen Fatima merupakan aktivis muslimah yang cukup terkenal di India. Dia merupakan aktivis dari Universitas Jawaharlal Nehru di Delhi. Dia pernah menjabat sebagai presiden serikat mahasiswa Women’s College, Universitas Muslim Aligarh.
Fatima aktif dalam demonstrasi anti diskriminasi terhadap umat Islam pada 2019-2022 di Shaheen Bagh Delhi. Dia juga mengorganisir wanita muslimah dan telah mengadakan demonstrasi terhadap larangan jilbab.
Baca Juga: Sosok Afreen Fatima, Aktivis Muslim Pembela Nabi Muhammad SAW
Baru-baru ini, Fatima menjadi penggerak demonstrasi mengecam pernyataan politis Partai Bharatiya Janata (BJP) yang menghina Nabi Muhammad SAW. Namun, perjuangan Fatima bukan tanpa risiko.
Gerakan itu membuat Fatima berada dalam ancaman penangkapan. Bahkan, ayah, ibu, dan saudari perempuannya telah diringkus polisi India karena dituding mengerahkan massa untuk demonstrasi.
5. Tawakkul Karman - Yaman
Tawakkul Karman merupakan wanita kelahiran Yaman, 7 Februari 1979. Wanita berhijab ini aktif memimpin perjuangan hak asasi manusia, terutama bagi perempuan, untuk demokrasi dan perdamaian di Yaman.
Mengutip laman Nobel Prize, pada 2005, Tawakkul ikut mendirikan kelompok Women Journalists Without Chains, yang bertujuan mempromosikan kebebasan berekspresi dan hak demokrasi di Yaman.
Pada 2007-2010, Tawakkul secara reguler memimpin demonstrasi di Tahrir Square, Sana’s. Dia menjadi penentang rezim Yaman yang dipimpin Presiden Ali Abdullah Saleh, di mana kala itu tengah terjadi pergolakan politik di Yaman.
Keterlibatan Tawakkul dalam demonstrasi serta tindakan kritis terhadap pemerintah membuat dia pernah ditahan. Walau begitu, dia tetap aktif terlibat dalam perjuangan HAM.
Baca Juga: Tawakkul Karman, Perempuan Arab Pertama Peraih Nobel Perdamaian
Atas kegigihan itu, Tawakkul meraih penghargaan Nobel Perdamaian pada 2011. Dia merupakan wanita Yaman pertama yang berhasil meraih penghargaan bergengsi tersebut. Usianya masih 32 tahun saat menerima penghargaan itu.
6. Aeshnina Azzahra - Indonesia
Pada usia 12 tahun, Aeshnina Azzahra Aqilani telah melakukan aksi berani. Dia menulis surat ke sejumlah pemimpin negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Australia. Dia meminta mereka mengambil lagi sampah plastik yang dibuang ke Indonesia.
Meski sangat belia, dia sudah menjadi aktivis lingkungan yang vokal dan berani. Sikap Nina yang keras terhadap sampah, khususnya sampah plastik membuatnya dijuluki sebagai polisi sampah.
Nina sering disandingkan dengan ikon aktivis lingkungan seperti Greta Thunberg. Apalagi namanya juga sudah mendunia. Tak jarang dia diundang ke berbagai agenda dan forum internasional untuk berbicara tentang lingkungan.
Baca Juga: Aeshnina, Muslimah Cilik Greta Thunberg-nya Indonesia Protes Pencemaran Lingkungan di Forum Dunia
Pada 2019, bersama teman sebayanya dia menginisiasi berdirinya River Warrior. Itu adalah wadah bagi Nina dalam melakukan aksi-aksi pro lingkungan. Misal, aksi bersih-bersih sungai dari tumpukan sampah plastik.
Bersama relawan River Warrior, dia juga melakukan uji sampel air sungai dengan melihat kandungan mikroplastik. Uji sampel dilakukan di sejumlah sungai di Jawa Timur, seperti Kali Brantas, kali Surabaya, Kali Porong, serta sungai-sungai di lereng Gunung Kelud dan Anjasmoro, Jawa Timur.
(jqf)