LANGIT7.ID, Jakarta - Santri di pondok pesantren maupun pelajar yang mempelajari
bahasa Arab sudah tidak asing lagi dengan nama Ibnu Ajurrum, pengarang kitab Al-Jurumiyah. Kitab Al-Jurumiyah merupakan kitab nahwu yang sangat direkomendasikan untuk pemula.
Direktur STAI Al-Mujtama’ Pamekasan, Dr. Akhmad Rofii Dimyati, menguraikan, Ibnu Ajurrum memiliki nama lengkap Ibnu Ajurrum Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Dawud Al-Shonhaji. Beliau lahir di kota Fasa, sebuah kota besar di Maroko pada 672 H. Dia juga wafat di kota itu pada 20 Shafar 723 H.
“Biografi Ibnu Ajurrum ini sangat sedikit, dari satu kitab ke kitab lain itu mirip-mirip informasinya. Dia orang zuhud dan sufi. Kelahirannya adalah 672 H, wafatnya 723 H pada bulan Shafar, dan dikebumikan di Fash, Maroko,” kata Rofii dalam webinar yang digelar
Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS), Sabtu (29/10/2022).
Baca Juga: Mengenal Kitab Tafsir Karya Ulama Nusantara, dari yang Berbahasa Jawa hingga Bugis
Ibnu Ajurrum adalah pencetus metode ilmu yang membahas tentang ilmu nahwu. Kitab Jurumiyah sudah disyarah oleh ulama-ulama lain untuk lebih mempermudah bagi umat Islam dalam mempelajari bahasa Arab.
“Ibnu Ajurrum merupakan salah satu ulama terkenal yang ahli gramatika Bahasa Arab di Maghrib dan Andalusia, sampai sekarang. Orang paling masyhurnya ilmu nahwu,” kata Rofii.
Sosok Ibnu Ajurrum yang kharismatik dan bersahaja mampu menunjukkan kredibilitas sebagai seorang ulama besar. Dia menimba ilmu di Fasa. Hingga pada suatu hari dia menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci Mekkah. Dia melewati Mesir, dan singgah di Kairo untuk menuntut ilmu kepada seorang ulama nahwu termasyhur asal Andalusia yakni Abu Hayyan, pengarang kitab al-Bahru al-Muhith.
Dia belajar kepada Abu Hayyan sampai mendapat restu untuk mengajar dan dinobatkan sebagai salah satu imam dalam ilmu gramatikal bahasa Arab atau ilmu nahwu. Saat melanjutkan perjalanan ke Mekkah, dia pun menulis Kitab Jurumiyah di tengah perjalanan.
Baca Juga: 3 Ulama Indonesia Pernah Jadi Imam Besar Masjidil Haram
“Perjalanan dulu ke Mekkah tidak seperti sekarang, bisa memakan waktu sampai berbulan-bulan,” kata Rofii.
Metode penulisan kitab itu terfokus pada judul-judul besar ilmu nahwu dan pembahasan-pembahasan pokok, sehingga Kitab Al Jurumiyah dikenal sebagai kita yang ringkas dan padat. Imam Suyuthi dalam
Bughyatul Wu’at menyebutkan, Ibnu Ajurrum berkiblat pada ulama Kufah dalam mengarang kitab nahwu itu.
Hal itu dibuktikan dalam pembahasan
asma’ al-khamsah yang merupakan pendapat ulama Kufah, sedang ulama Bashrah menambahkannya menjadi asma’ al-Sittah. Hal lain yang mengindikasikan ke Kufah adalah Ibnu Ajurrum memasukkan ‘
kaifama’ dalam jawazim.
Kitab ini mendapat apresiasi yang sangat besar, baik dari kalangan para ulama maupun para murid. Bentuk apresiasi itu terlihat munculnya para ulama yang menciptakan bait-bait nadhom, syarah, dan komentar dari kitab tersebut.
Baca Juga: Mengenang KHR Asad Syamsul Arifin, Ulama Pejuang yang Gemar Menulis Syair
“Kitab Al-jurumiyah memiliki pengaruh luar biasa, manfaatnya dan keterkenalannya di mana-mana. Kitab nahwu lain tidak mencapai setenar dan semasyhur Kitab Jurumiyah. Kecil tapi untuk pemula sangat gampang,” kata Rofii.
Rofii menjelaskan, salah satu penyebab Kitab Al-Jurumiyah begitu terkenal hingga saat ini adalah keikhlasan Ibnu Ajurrum dalam mengarang kitab. Dia menyebutkan beberapa riwayat yang menunjukkan keikhlasan Ibnu Ajurrum dalam mengarang kitab itu.
“Ketika dia mengarang kitab ini, dia ada di tempat duduk yang tinggi, lalu meniup kepadanya angina, apa yang dia tulis itu ditiup angin, berhamburan. Ibnu Ajurrum mengatakan, ‘Ya Allah jika kitab ini memang betul-betul ikhlas untuk engkau, maka kembalikan yang jatuh itu kepada saya’. Kemudian Allah mengembalikan kitab itu kepada Ibnu Ajurrum,” kata Rofii.
Baca Juga: Imam Ad-Dirouty, Ulama Penjual Buah yang Lantang di Depan Penguasa
Diceritakan juga dalam riwayat lain, setelah merampungkan tulisan itu, dia membuang ke laut lalu mengatakan, “kalau memang ikhlas karena Allah, maka tidak akan basah”. Kenyataannya tidak basah.
“Orang-orang yang mensyarah Kitab Jurumiyah disebut sebagai imam ilmu Nahwu. Dan menyaksikannya dengan kebaikannya, kegigihannya, keikhlasannya. Kemanfaatan kitab bagi orang-orang pemula, pasti merasakan dampak dari keseriusan dan keikhlasan kitab jurumiyah,” ujar Roffi.
Sejak saat itu, Kitab Jurumiyah sangat terkenal di kalangan umat Islam. Selain imam ilmu nahwu, Ibnu Ajurrum juga dikenal sebagai ulama yang menguasai banyak ilmu bidang ilmu pengetahuan seperti fiqih, sastrawan, matematika, ilmu seni lukis, kaligrafi, dan ilmu tajwid.
Baca Juga: Tiga Zuriah Nabi Paling Berjasa dalam Pendidikan Islam Hari Ini
“Selain imam dalam ilmu nahwu, dia juga ahli qiraah, dia juga menguasai ilmu faraidh, matematika, mahir di bidang sastra, punya karya-karya dan berbagai bait dengan rajas (bahr), tapi di dalam ilmu qiraah. Beliau tinggal di maroko,” ucap Roffi.
(jqf)