Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Jum'at, 21 November 2025
home masjid detail berita

Api, Panah, dan Iman: Kisah Pemuda yang Mengguncang Tirani

miftah yusufpati Sabtu, 27 September 2025 - 06:45 WIB
Api, Panah, dan Iman: Kisah Pemuda yang Mengguncang Tirani
Riwayat Muslim tentang Ashabul Ukhdud menyingkap pengorbanan seorang pemuda yang memilih iman ketimbang tunduk pada tirani. . Ilustrasi: AI
LANGT7.ID-Di sebuah kerajaan jauh sebelum kelahiran Nabi Muhammad, ada seorang raja yang meyakini dirinya sebagai satu-satunya penguasa yang layak disembah. Ia memiliki tukang sihir, yang kelak menua dan meminta seorang penerus. Dari sinilah kisah seorang pemuda dimulai. Seorang remaja yang justru menemukan cahaya di jalan yang tak disangka.

Riwayat ini bersumber dari hadis sahih yang diriwayatkan Muslim (No. 146) melalui sahabat Shuhaib. Rasulullah saw. menceritakan bagaimana pemuda itu, dalam perjalanannya berguru kepada tukang sihir, justru tertarik dengan ajaran seorang pendeta. Dari pendeta itulah ia mengenal Allah, Tuhan yang sebenarnya.

Pemuda itu diuji. Ia berdoa agar Allah menunjukkan kebenaran. Seekor binatang besar yang menghalangi jalan orang banyak mati hanya dengan lemparan batu setelah ia menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Pendeta pun mengingatkan: “Hari ini engkau lebih mulia dariku, tetapi kelak engkau akan diuji.”

Ujian itu datang silih berganti. Pemuda diberi kemampuan menyembuhkan orang buta, kusta, dan berbagai penyakit—bukan dengan kekuatannya, melainkan doa kepada Allah. Seorang menteri kerajaan yang buta akhirnya beriman setelah sembuh. Berita itu sampai ke telinga sang raja. Murka pun membara. Pendeta digergaji hingga tewas. Menteri pun bernasib sama.

Pemuda tak luput. Ia digiring ke gunung, hendak dilempar. Ia berdoa, gunung bergetar, para algojo tewas. Ia dibawa ke laut, hendak ditenggelamkan. Ia berdoa, perahu karam, para algojo tenggelam. Setiap kali, ia kembali ke hadapan raja, menegaskan: Allah-lah yang melindungi.

Akhirnya, pemuda itu menawarkan satu cara untuk mengakhiri segalanya. Ia berkata kepada raja: “Engkau tidak dapat membunuhku kecuali dengan cara ini: kumpulkanlah orang-orang, saliblah aku, ambil panah dari tempatku, ucapkan bismillahi rabbil ghulam—dengan nama Allah, Tuhan pemuda ini—lalu panahlah aku.”

Raja menurut. Panah menembus pelipis sang pemuda. Ia wafat. Namun kematiannya justru melahirkan kehidupan baru. Orang banyak serentak berkata: “Kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu, kami beriman kepada Tuhannya pemuda itu.”

Ketakutan raja menjadi kenyataan. Ia lalu memerintahkan penggalian parit besar berapi—kisah ini kelak dikenal sebagai *Ashabul Ukhdud* (QS Al-Buruj: 4–9). Orang-orang beriman dilempar ke dalam api. Seorang ibu ragu saat menggendong bayinya. Namun bayinya berkata: “Ibu, tabahlah. Sesungguhnya engkau berada di pihak yang benar.”

Interpretasi

Kisah ini, menurut banyak mufasir dan sejarawan Islam, menggambarkan wajah kekuasaan yang takut kehilangan legitimasi. Raja ingin rakyat tunduk, bukan hanya secara politik tetapi juga iman. Namun, justru melalui pengorbanan seorang pemuda, kebenaran menyebar tak terbendung.

Tempo biasa menafsirkan kisah sejarah atau hadis sebagai cermin peristiwa kontemporer. Dalam kisah ini, kita membaca ulang makna pengorbanan: betapa beriman bukan sekadar ritual, melainkan keberanian menolak tunduk pada kekuasaan zalim. Pemuda itu tidak sekadar pahlawan iman, ia juga simbol perlawanan sipil, yang dengan kesadarannya memicu gelombang keyakinan massal.

Riwayat Muslim ini bukan sekadar dongeng moral, melainkan narasi politik tentang iman dan tirani. Pesannya abadi: ketika kebenaran diimani dengan sungguh-sungguh, bahkan api, gergaji, dan panah tidak bisa memadamkannya.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Jum'at 21 November 2025
Imsak
03:55
Shubuh
04:05
Dhuhur
11:42
Ashar
15:05
Maghrib
17:54
Isya
19:08
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan