Bakti kepada orang tua tak berhenti di liang lahat. Doa, sedekah, hingga ibadah pengganti menjadi cara anak melunasi hutang orang tuanyacinta yang tetap hidup meski jasad telah tiada.
Semangat ibadah kaum Muslim sejak awal selalu bergelora. Tapi Rasulullah menekankan moderasi: tubuh punya hak, iman perlu ritme. Jalan tengah adalah wajah Islam yang sejati.
Seorang perempuan berkulit hitam pengidap epilepsi memilih sabar daripada kesembuhan. Riwayat hidupnya menyingkap makna sabar sebagai jalan menuju kemuliaan spiritual.
Riwayat Bukhari-Muslim tentang perempuan berkulit hitam yang sabar menghadapi penyakitnya mengajarkan: kesempurnaan bukan tubuh tanpa cela, melainkan iman dan kehormatan yang dijaga.
Hadis tentang Zainab dan perempuan ahli ibadah menegaskan: semangat beribadah adalah mulia, tapi Islam menuntun pada moderasi. Ibadah sejati memberi energi, bukan menyiksa tubuh dan jiwa.
Riwayat Muslim tentang Ashabul Ukhdud menyingkap pengorbanan seorang pemuda yang memilih iman ketimbang tunduk pada tirani. Dari kematiannya, lahir gelombang keyakinan yang tak terbendung.
Dari Aisyah hingga Zainab, riwayat sahih menggambarkan rumah Nabi sebagai laboratorium kemanusiaanpenuh riak konflik, tetapi juga teduh oleh cinta dan rekonsiliasi.
Madinah abad ke-7. Nabi dan sahabat tak tabu menyebut rupa perempuan: cantik, gemuk, tinggi besar, atau berkulit hitam. Hadis-hadis ini menyingkap keterbukaan teks, bukan pelecehan, melainkan penghormatan.
Di masa Nabi, nama perempuan disebut tanpa tabu: Shafiyyah, Aisyah, Zainab, hingga Rubayyi. Kini, menyebut nama perempuan sering dianggap aib. Jejak lupa itu membeku dalam budaya, bukan agama.
Menjaga ibu, istri, saudara, dan anak perempuan bukan sekadar kewajiban moral. Hadis Nabi menegaskan, penjagaan terhadap wanita adalah cermin peradaban Islam sepanjang zaman.
Dari ibunda hingga cucu, dari Khadijah hingga Fatimah, Rasulullah saw. menyalakan teladan abadi: perempuan dimuliakan bukan karena status, melainkan iman, kasih, dan pengorbanan.
Dari Ibnu Hajar hingga Quraish Shihab, para ulama sepakat kepemimpinan suami bukan kuasa mutlak. Rumah tangga ideal berdiri di atas tanggung jawab, musyawarah, dan cinta.
Dari Ibnu Hajar hingga Fatima Mernissi, hadis tentang persetujuan perempuan dibaca sebagai pondasi egalitarian Islamsebuah pesan yang kerap terhapus dalam praktik sosial.