Sejarah mencatat, perempuan tak hanya jadi penonton perang. Dari Rubai hingga Ummu Athiyyah, mereka hadir di garis belakang, menguatkan logistik dan merawat pasukan, jejaknya kini bergaung di militer modern.
Dari kebun kurma hingga tenda perawatan, perempuan hadir dalam profesi sejak Islam awal. Mereka bekerja tanpa meninggalkan keluarga, jejaknya kini terasa di ladang, pasar, hingga rumah sakit.
Hadis Nabi menyebut istri salehah sebagai perhiasan dunia terbaik. Lebih dari simbol, ia penopang keluarga, modal sosial, dan inti peradabandari rumah Nabi hingga keluarga modern.
Dari hijrah Ummu Kaltsum hingga kritik pedas Asma binti Abu Bakar, sejarah Islam awal menunjukkan perempuan bukan penonton, melainkan aktor politik yang menjaga masyarakat.
Hadis sahabiyah menyingkap peran perempuan sejak awal Islam: membuka rumah bagi tamu, merawat sahabat sakit, hingga berbagi pakaian. Pelayanan sosial jadi wajah awal filantropi perempuan.
Sejak masa Nabi hingga tradisi slametan di Jawa dan baralek Minang, perempuan selalu hadir dalam perayaan publik. Kisahnya menyingkap ruang sosial cair, di mana doa dan sukacita tak mengenal sekat gender.
Sejak masa Nabi, perempuan hadir di saf ibadah: Subuh di Madinah, shalat gerhana, itikaf, hingga haji. Riwayat klasik menegaskan partisipasi mereka sahih, bukan sekadar produk modernitas.
Sejak abad ke-7, perempuan jadi penopang tradisi ilmu Islam. Dari Aisyah hingga Ummu Salamah, riwayat mereka melahirkan fondasi hukum, etika sosial, dan potret utuh kehidupan Nabi.
Islam sejak awal menegaskan hak perempuan atas pendidikan. Dari hadis Aisyah hingga kaidah ushul fiqih, ihsan terbesar bagi anak perempuan adalah ilmu yang menyelamatkan generasi.
Dari ibu Musa hingga Khaulah binti Tsalabah, Al-Quran menampilkan perempuan bukan sekadar pelengkap, tapi teladan iman, kecerdikan, dan keberanian moral.
Dalam bayang-bayang tirani Firaun, seorang kakak perempuan diam-diam mengawal peti berisi Musa. Kisah ini menyingkap keberanian, strategi, dan peran perempuan dalam sejarah penyelamatan yang agung.
Satu pengaduan perempuan mengguncang tradisi jahiliyah. Kisah Khawlah binti Tsalabah menjadi bukti suara perempuan diabadikan dalam Al-Quran. Berikut ini penjelasannya.
Kisah Balqis bukan sekadar legenda istana kaca. Ia menyingkap peran strategis perempuan pada masa Nabi Sulaiman, dari takhta dan diplomasi hingga spiritualitas yang membentuk sejarah wahyu.