Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Ahad, 12 Oktober 2025
home masjid detail berita

Keadilan dalam Pandangan Islam: Dari Doa hingga Zakat

miftah yusufpati Senin, 06 Oktober 2025 - 16:30 WIB
Keadilan dalam Pandangan Islam: Dari Doa hingga Zakat
Bagi Islam, adil bukan pilihan, melainkan keseimbangan suci antara hak Tuhan, manusia, dan masyarakat. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID-Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang penuh kesenjangan, kata adil kerap terdengar seperti gema yang samar—indah dalam retorika, sulit dalam praktik. Namun dalam pandangan Islam, keadilan bukan sekadar wacana moral atau prinsip sosial; ia adalah fondasi semesta.

“Dengan keadilan tegaklah langit dan bumi,” tulis Syaikh Yusuf Qardhawi dalam Sistem Masyarakat Islam dalam Al-Qur’an & Sunnah. Ia menyebut keadilan sebagai hadaf — tujuan utama risalah langit. Dalam pandangan ini, setiap nabi diutus dan setiap kitab diturunkan dengan satu misi: agar manusia menegakkan keadilan di muka bumi.

Qardhawi mengutip firman Allah dalam surah Al-Hadid: 25, “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al-Kitab dan neraca (keadilan), supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.”

Ayat ini menegaskan: keadilan bukan sekadar urusan hukum atau pemerintahan, tetapi juga urusan iman. Neraca keadilan yang disebut Al-Qur’an tidak hanya berlaku di pengadilan, tetapi juga di rumah, di pasar, bahkan di dalam hati.

Baca juga: Menjahit Kasih dan Keadilan: Narasi Perempuan dalam Al-Qur'an

Keadilan yang Menyeluruh

Dalam tafsir Qardhawi, adil berarti “memberikan kepada setiap pihak haknya, tanpa melebihi atau mengurangi.” Maka seorang Muslim wajib adil terhadap dirinya sendiri, menyeimbangkan antara hak tubuh, hak ibadah, dan hak sosial. Rasulullah SAW mengingatkan Abdullah bin ‘Amr yang berlebihan dalam ibadah, “Sesungguhnya tubuhmu punya hak atasmu, matamu punya hak atasmu, dan keluargamu juga punya hak atasmu.”

Islam pun memerintahkan adil dalam keluarga. Firman Allah dalam An-Nisa’: 3 menjadi rambu etis dalam pernikahan: “Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja.”

Adil juga harus ditegakkan dalam hubungan sosial. Nabi Muhammad SAW menolak menjadi saksi ketika seorang ayah memberikan hadiah hanya kepada satu anaknya. “Mintalah saksi selain aku,” sabda Nabi, “karena aku tidak bersaksi atas ketidakadilan.”

Keadilan dalam Cinta dan Benci

Keadilan dalam Islam tidak berhenti pada urusan personal. Ia menembus relasi sosial, bahkan terhadap mereka yang kita benci. “Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil,” (Al-Maidah: 8).

Di sini keadilan menjadi ujian moral tertinggi: apakah seseorang mampu tetap objektif ketika emosinya terusik?

Qardhawi menyebut ini sebagai keadilan insaf, yakni keadilan yang tak tunduk pada sentimen pribadi. Dalam dunia politik, prinsip ini seharusnya menjadi kompas bagi para pemimpin dan penegak hukum. Namun dalam kenyataan sosial, keadilan justru sering menjadi korban pertama dari kekuasaan dan kepentingan.

Baca juga: Abu Nawas dan Bayi yang Diperebutkan: Ketika Keadilan Datang Bersama Tawa

Keadilan Sosial: Nafas Umat yang Satu

Qardhawi memaparkan dimensi lain dari keadilan: keadilan sosial. Islam, katanya, bukan hanya mengatur moral pribadi, tetapi juga keseimbangan ekonomi. “Zakat itu diambil dari orang-orang kaya untuk diberikan kepada orang-orang fakir. Maka dari umat untuk umat,” tulisnya.

Dalam pandangan ini, keadilan sosial bukan pilihan moral, melainkan kewajiban agama. Ketika seseorang membiarkan kelaparan di sekitarnya, ia bukan sekadar abai terhadap kemanusiaan, tetapi juga mengingkari keimanan. Qardhawi menegaskan, Al-Qur’an mengaitkan sikap menelantarkan fakir miskin dengan kekufuran, sebagaimana termaktub dalam Al-Haqqah: 30–34.

“Sesungguhnya dahulu dia tidak beriman kepada Allah Yang Maha Besar. Dan juga dia tidak mendorong untuk memberi makan orang miskin.”

Dalam sistem ekonomi Islam, keadilan berarti membuka kesempatan bagi setiap warga untuk bekerja, memperoleh upah yang layak, dan hidup dengan martabat. Imam Nawawi, dikutip Qardhawi, mendefinisikan keadilan sosial sebagai pemenuhan hak dasar setiap manusia tanpa berlebihan dan tanpa mengurangi.

Melawan Zalim, Menegakkan Nurani

Keadilan, bagi Islam, tidak bisa dilepaskan dari larangan terhadap kezaliman. Qardhawi menulis, “Semakin lemah seseorang, semakin besar dosa orang yang menzhaliminya.” Rasulullah SAW mengingatkan, “Hati-hatilah terhadap doa orang yang dianiaya, karena tidak ada hijab antara doa itu dengan Allah.”

Dalam bahasa modern, pesan itu terasa seperti seruan etis untuk berpihak kepada mereka yang tak berdaya: kaum miskin, buruh, dan rakyat kecil yang sering terpinggirkan oleh kebijakan dan sistem.

Baca juga: Keadilan Abu Nawas: Lalat-Lalat yang Membuka Mata Raja

Bagi Qardhawi, keadilan bukan sekadar cita-cita hukum, tetapi kesadaran spiritual. Neraca langit yang disebut dalam Al-Qur’an menuntut manusia untuk menegakkan keseimbangan di bumi—dalam pikiran, tindakan, dan kebijakan.

Dalam dunia yang masih dikuasai ketimpangan dan ketidakadilan, pesan klasik ini terasa amat modern. Sebab, sebagaimana langit dan bumi tidak akan tegak tanpa keseimbangan, masyarakat manusia pun tak akan bertahan tanpa keadilan.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Ahad 12 Oktober 2025
Imsak
04:07
Shubuh
04:17
Dhuhur
11:43
Ashar
14:45
Maghrib
17:49
Isya
18:58
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.
QS. Al-Isra':1 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan