Dari jihad politik di Sudan, persatuan umat ala al-Afghani, hingga kebebasan akal menurut Abduh, fiqh prioritas para pembaru lahir dari konteks zamannya. Kini, umat dihadapkan pada tantangan baru.
Di masjid kecil Ismailiyah, Hasan al-Banna menolak perdebatan remeh dan menanamkan skala prioritas: persatuan umat, politik sebagai ibadah, serta Islam sebagai jalan hidup menyeluruh.
Dari seruan tauhid Muhammad bin Abd al-Wahhab hingga gagasan moderasi Yusuf al-Qaradawi, fiqh prioritas selalu berubah mengikuti konteks zaman. Pertanyaan kini: apa yang paling urgen bagi umat?
Sejarah Islam menegaskan, pilihan tak selalu hitam-putih. Ibn Taimiyah dan Yusuf al-Qaradawi mengingatkan: bijaklah memilih yang lebih maslahat dan menolak mudarat yang lebih besar.
Dalam Ihya Ulum al-Din, al-Ghazali menulis bahwa memberi makan orang lapar lebih utama daripada berpuasa panjang. Sebuah kritik sosial yang terasa segar hingga kini.
Seni Islami tidak terbatas bahasa Arab atau simbol agama. Ia lahir dari fitrah, memadukan keindahan dan kebenaran, serta menjadi sarana dakwah yang menyapa manusia dan alam.
Dalam fikih, makruh bukan dosa tapi juga tak ideal. Dari makan sambil bersandar hingga meniup minuman, ia hadir sebagai latihan takwa dan pengingat etika agar umat tak salah menimbang prioritas.
Korupsi bukan sekadar pelanggaran hukum, tapi gejala penyakit lama: ketamakan. Dari hadis Nabi hingga teori ekonomi modern, kerakusan terbukti meruntuhkan iman, peradaban, dan tatanan sosial.
Cinta dunia bukan sekadar soal harta. Ia penyakit batin yang mematikan, melemahkan umat, dan membuat manusia terjerumus pada kesombongan, ketamakan, serta kehancuran moral yang tak kasat mata
Al-Quran menyebut hawa nafsu sebagai penggoda paling berbahaya. Ia tak kasatmata, tapi daya rusaknya melampaui peluru. Mengalahkannya adalah jihad terbesar.
Kufur besar kekal di neraka, kufur kecil tidak. Tapi membedakannya bukan sekadar istilahia menentukan nasib akhirat dan mencegah tafsir sesat. Berikut ini penjelasannya.
Tidak semua kekufuran berarti murtad, tidak semua nifaq mengantar ke neraka. Yusuf Al-Qardhawi mengingatkan: keliru menafsirkan istilah bisa menyalakan api takfir yang dilarang agama.