LANGIT7.ID -
Sadio Mane boleh dibilang merupakan pesepak bola teladan. Pasalnya, dia gemar bersedekah. Sedekahnya pun tak main-main, dia membangun sekolah, rumah sakit dan infrastruktur lain di kampung halamannya di Senegal.
Atas kedermawanannya itu, beberapa waktu lalu Sadio Mane mendapatkan penghargaan Socrates Award untuk pesepak bola yang aktif di dunia sosial kemanusiaan.
Tak sekadar suka bersedekah, Mane yang memiliki penghasilan sekitar Rp305 Miliar tiap musim itu juga enggan bergaya hidup mewah.
Baca Juga: Gemar Bersedekah, Sadio Mane Raih Penghargaan Socrates Award
"Mengapa saya ingin 10 Ferrari, 20 jam tangan berlian atau dua pesawat? Apa yang akan dilakukan benda-benda ini untuk saya dan dunia?" ujar Sadio Mane kepada media Ghana, nsemwoha.com.
Selain itu, Mane juga memiliki alasan bahwa dahulu dia hidup miskin dan masih banyak pula orang miskin. Dia tak ingin menghamburkan uangnya hanya untuk dirinya sendiri.
"Saya kelaparan dan harus bekerja di ladang, saya selamat dari masa-masa sulit, saya bermain sepak bola tanpa alas kaki, saya tidak memiliki pendidikan atau banyak hal lain tetapi hari ini, dengan apa yang saya peroleh berkat sepak bola, saya bisa membantu orang-orangku," kata Mane.
Baca Juga: Kedermawanan Sadio Mane, Rogoh Kocek Miliaran Sejahterakan Desanya di Afrika
Sebagai seorang muslim, gaya hidup sederhana dan gemar bersedekah yang dilakukan Mane itu bisa disebut sebagai
zuhud.
Ibnul Qoyim dalam sebuah riwayat dari Imam Ahmad, menjelaskan tentang makna zuhud.
Ada orang yang bertanya kepada Imam Ahmad:
أيكون الرجل زاهدا ، ومعه ألف دينار؟
Apakah seseorang bisa menjadi zuhud, sementara dia memiliki 1000 dinar?
Beliau menjawab:
نعم على شريطة ألا يفرح إذا زادت ولا يحزن إذا نقصت ، ولهذا كان الصحابة أزهد الأمة مع ما بأيديهم من الأموال
Betul, dengan syarat, dia tidak merasa bangga ketika hartanya bertambah dan tidak sedih ketika hartanya berkurang. Karena itulah, para sahabat menjadi generasi paling zuhud, meskipun mereka memiliki banyak harta.
Baca Juga: Mengenal Praktik Zuhud dalam Islam, Kunci Sederhana Bahagia
Pertanyaan senada juga pernah disampaikan kepada Sufyan at-Tsauri:
أيكون ذو المال زاهدا ؟
Apakah orang yang kaya bisa menjadi zuhud?
Imam Sufyan pun menjawab:
نعم؛ إن كان إذا زيد في ماله شكر ، وإن نقص شكر وصبر
Betul, jika dia bisa menjadi orang yang apabila hartanya bertambah, dia bersyukur, dan jika hartanya berkurang, dia tetap bersyukur dan bersabar. (Madarijus Salikin, halaman 466).
(jqf)