LANGIT7.ID, Jakarta - Setiap kali adzan berkumandang, orang yang memiliki
iman akan merasakan getaran dan konfirmasi dalam hatinya. Hal itu menunjukkan iman sudah sampai ke dalam hati.
Namun, bagi orang yang imannya belum sampai ke dalam hati, hanya mengucapkan kata-kata tanpa ada getaran dalam hatinya.
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙ"Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal." (QS Al-Anfal: 2)
Baca Juga: Al-Quran Pedoman dan Rahmat bagi Kaum yang MeyakiniPendiri Pusat Kajian Islam Quantum Akhyar Institue,
Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengatakan, setiap muslim tidak boleh asal mengaku sudah beriman. Iman membutuhkan pembuktian, karena bahasa hati diekspresikan melalui amalan dan perilaku.
"Setiap perilaku mencerminkan kondisi hati seseorang. Ketika seseorang berkata-kata kasar, maka itu menunjukkan bahwa hatinya juga kotor. Kalau hati seseorang baik, maka segala ekspresi yang keluar dari bagian tubuhnya mengarah pada kebaikan," kata UAH dikutip dari salah satu tausiahnya, Sabtu (18/3/2023).
Oleh karena itu, segala sesuatu yang berasal dari hati membutuhkan pembuktian. Pembuktian tersebut menunjukkan parameter kekuatan apa yang ada dalam hati seseorang. Allah Ta’ala berfirman:
اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ"Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?" (QS Al-Ankabut: 2)
Baca Juga: Bagaimana Caranya ‘Caper’ ke Allah SWT?Seseorang yang mengaku beriman kepada Allah SWT, maka pengakuan itu membutuhkan pembuktian. Iman bisa dilihat dari pembuktian dari perbuatannya sehari-hari.
Perbuatan yang dilakukan karena didorong iman melahirkan
amal shalih. Jika bukan dorongan iman, maka hanya disebut amal.
"Kalau perbuatan baik tidak didorong oleh iman, maka jadi perbuatan baik dalam konteks dunia. Maka dengan keadilan dan keagungan Allah, akan dibalas. Itupun di dunia dengan cepat," ujar UAH.
"Tapi, karena sifatnya dunia, maka balasannya dunia. Ketika kembali ke akhirat, perbuatan yang dikerjakan itu tidak mampu terkonversi menjadi bekal akhirat, karena akhirat bekalnya amal shalih," tutur UAH.
Baca Juga:
Islam Hargai Adat Istiadat Asal Tidak Bertentangan Nilai Agama
UAS: Iman, Islam, dan Ihsan Tak Bisa Dipisahkan(gar)