LANGIT7.ID, Jakarta -  Profesor DR H Abdul Malik Karim Amrullah (Buya Hamka) merupakan sosok ulama yang ikut berjuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Beliau lahir pada 17 Februai 1908 di Sumatera Barat (Sumbar).
Dia tumbuh di bawah asuhan sang ayah, Abdul Karim Abdullah, seorang ulama Minangkabau. Tak heran jika Buya Hamka tumbuh sebagai ulama besar yang memiliki jasa besar di negeri ini.
Baca Juga: Rocky Gerung: Hamka adalah Simbol Moral yang Tepat untuk Mengevaluasi BangsaPada 1941, Hamka bertemu Soekarno. Pertemuan sosok ulama dan tokoh nasionalis itu difasilitasi H Abdul Karim Oei. dia merupakan tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. 
Hamka belajar banyak hal dari pertemuan tersebut, terutama perjuangan Bangsa Indonesia untuk merdeka. Dua tokoh itu pun menjadi sahabat seperjuangan dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Pada 17 Agustus 1945, saat Soekarno memproklamasikan kemerdekaan, Buya Hamka sudah menjadi ulama besar di Minangkabau. Meski telah merdeka, perjuangan beralih dari merebut ke mempertahankan kemerdekaan. 
Pada momen itulah, Hamka keluar masuk hutan bersama masyarakat Sumbar menghadapi pasukan Inggris, kemudian pasukan Belanda. Kegigihan Hamka dalam berperang melawan Belanda membuatnya diangkat menjadi Ketua Barisan Pertahanan Nasional (BPN). 
Baca Juga: Indonesia Tak Hanya Kaya SDA, Tapi juga Kaya SDM Ulama Berkualitas"Menurut kesaksian para keluarga beliau, anak-anak beliau, antara tahun 46-49 itu beliau hampir tidak pernah pulang ke rumah, selalu di hutan. Beliau memberi semangat kepada para griliyawan. Beliau turun ke lapangan, meskipun tidak angkat senjata," kata Pendiri Sekolah Pemikiran Islam, Akmal Sjafril, dalam webinar UHAMKA, Selasa (31/8/2021).
Perjuangan Buya Hamka tersebut rupanya dalam sebuah pengakuan selalu dikenang Bung Hatta. Menurutnya, banyak jasa Buya Hamka terhadap bangsa Indonesia.
Buya Hamka sebenarnya ditawari untuk memimpin perlawanan dari kantor. Namun Beliau menolak. Dia memiliki alasan kuat untuk keluar masuk hutan.
Baca Juga: Sejarah Zuriah Rasulullah Melebur Menjadi Pribumi Nusantara"Dia mengatakan, sekarang saatnya ulama bersama para mujahidin, maka beliau masuk keluar hutan. Beliau orang yang sangat dituakan. Karena beliau melakukan itu, maka banyak ulama juga melakukan hal yang sama," ujar Akmal menambahkan. 
Perjuangan Buya Hamka bersama rakyat tidak sia-sia. Pada 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia dan terbentuklah Republik Indonesia Serikat. 
Pada 1950, Soekarno meminta Hamka ke Jakarta. Setelahnya Hamka kian dikenal sebagai ulama, penulis, wartawan, dan juga politisi Partai Masyumi.
Baca Juga:
Asal Muasal Para Habaib Zuriah Rasulullah Sampai ke Indonesia
Di Balik Pekik Takbir Bung Tomo yang Sulut Semangat Juang Arek Suroboyo(asf)