Prof.Dr. Bambang Setiaji dan Ibrahim Fatwa Wijaya, PhD
LANGIT7.ID-Menurut Prof. Ronald Inglehart dari Michigan University, dunia Islam saat ini, atau negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim, mengelompok di kuadaran kiri bawah peta budaya dunia. Sedangkan negara-negara yang saat ini kita anggap maju, baik pendidikan dan ekonominya mengelompok di kuadran kanan atas. Sebut saja Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Irak, Iran, Yordania, Turki, Maroko, Tunisia, Aljazair, Mesir dan lainnya mengelompok di kuadran kiri bawah. Sedangkan US, UK, Canada, Australia, Jerman, Swedia, Finlandia, Norwegia dan lainnya mengelompok di kuadran kanan atas.
Negara-negara dengan banyak penduduk Muslim di kuadran kiri bawah ternyata memiliki level trust yang rendah diantara penduduknya. Sedangkan negara maju di kuadran kanan atas, memiliki level trust yang sangat tinggi. Menariknya, data World Bank menunjukkan bahwa negara-negara di kuadran kiri bawah memiliki Income yang jauh lebih rendah dibanding negara-negara di kuadran kanan atas.
Baca juga:
Kolom Ekonomi Syariah: Pangan Dalam Perspektif Ekonomi SyariahDunia Barat ketika berinteraksi dengan aktor bisnis di dunia Islam tentunya akan berpikir dua kali, karena transaction cost of economics-nya akan sangat tinggi, seperti biaya monitoring. Bahkan kami pernah menjumpai ada orang asing yang tinggal di kota Solo dan beliau bekerja untuk memonitor dan menjadi penjembatan antara supplier (eksportir) barang-barang dari Solo Raya dan pembeli dari luar negeri. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir ketidakjujuran dan memastikan kualitas barang sesuai pesanan.
Trust yang sangat tinggi diantara masyarakat dan aktor bisnis tentunya berkorelasi positif dengan keunggulan kompetitif dan kemajuan ekonomi suatu bangsa. Apabila tidak ada saling percaya di antara masyarakat, maka waktu, tenaga, pikiran, uang, dan energi, akan habis digunakan untuk memikirkan hal-hal yang kurang strategis. Sehingga kreativitas dan inovasi akan sulit berkembang di antara aktor bisnis di dunia Islam. Macetnya inovasi di dunia Islam sejak abad 13 Masehi menurut Prof. Bernard Lewis menjadi salah satu penyebab kemunduruan dunia Islam saat ini.
Baca juga:
KOLOM EKONOMI SYARIAH: Utlubul Ilma Walau Bi TsinKemunduran dunia Islam saat ini memang bisa kami sampaikan bahwa penyebab utamanya dikarenakan rendahnya tingkat trust di masyarakat. Akan tetapi di dalam dunia Islam itu sendiri, sebenarnya masih ditemukan nilai-nilai trust (amanah) yang diterapkan oleh beberapa masyarakat di dunia Islam.
Jadi secara general, di level bangsa level trust di dunia Islam rendah, akan tetapi di level mikro, masih ditemukan bagaimana peran trust yang mendorong kemajuan ekonomi. Misalnya penelitian Ibrahim F Wijaya, Andrea Moro dan Yacine Belgithar (2023) yang menemukan bahwa trust berperan positif di aktivitas perbankan di Indonesia. Semakin tinggi persepsi trust seorang manajer bank terhadap nasabahnya, maka semakin besar pula nilai kredit/pembiayaan yang akan disalurkan. Bahkan di dalam penelitian tersebut juga ditemukan, semakin tinggi trust akan menurunkan "margin" dalam pembiayaan Murabahah di bank syariah. Secara general, trust akan berdampak positif terhadap kegiatan ekonomi, seperti munculnya pengusaha-pengusaha baru, bertambahnya pabrik-pabrik dan pertumbuhan ekonomi yang akan meningkat.
Baca juga:
KOLOM EKONOMI SYARIAH: Apakah Ekonomi Dunia Islam Real Atau Mitos?Baca juga:
KOLOM EKONOMI SYARIAH: Nilai Islam dan Panggilan KewirausahaanHal ini menunjukkan bahwa trust di dunia Islam seperti layaknya mutiara yang terbungkus kerang di lautan luas. Trust memiliki peran positif di masyarakat, akan tetapi karena stigma dunia bahwa dunia Islam identik dengan ketidakjujuran dan korupsi, maka level trust yang rendah digeneralisasi dan diidentikkan terjadi di semua lapisan masyarakat di dunia Islam.
(*Prof Bambang Setiaji, Ketua Majelis Diktilitvang PP Muhammadiyah/Ibrahim Fatwa Wijaya, PhD, Direktur Perencanaan, Kerjasama, Internasionalisasi dan Reputasi Universitas Sebelas Maret (UNS), Anggota Pemuda Muhammadiyah Surakarta Bidang Ekonomi)
(lam)