LANGIT7.ID-, Jakarta - -
Isra Mi'raj adalah dua
perjalanan spiritual yang dilakukan oleh
Nabi Muhammad saw dalam waktu satu malam. Perjalanan agung ini menjadi salah satu peristiwa penting dalam
sejarah Islam.
Dalam perjalanan Isra Mi'raj, Nabi Muhammad saw menerima perintah langsung dari Allah Swt, yaitu menegakkan shalat. Kewajiban shalat ditetapkan langsung dari Allah Ta'ala, yang menunjukkan pentingnya perintah shalat dalam kehidupan
umat Islam.
Baca juga: Menag: Pesan Penting Isra Mi'raj, Tegakkan Shalat“Shalat diwajibkan lima waktu sebagai perintah langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw. Ibadah ini tidak hanya menjadi tiang agama, tetapi juga dasar pembinaan kepribadian manusia,” kata Ketua MUI Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga,
Prof Amany Lubis, dikutip dari laman LPPOM MUI, Senin (27/1/2025).
Prof Amany menegaskan bahwa
ajaran Islam, termasuk shalat, selalu relevan dengan perkembangan zaman.
“Jangan sampai ada pandangan bahwa ajaran Islam itu kuno. Ayat-ayatnya selalu terbarukan dan relevan dalam setiap masa,” katanya. Shalat bukan sekadar ritual, melainkan juga alat pembentukan karakter yang kokoh dan tangguh.
Menurut Prof Amany, shalat memiliki makna yang lebih dari sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sebagai jalan untuk membangun
ketahanan mental dan spiritual yang kokoh, terutama di tengah tantangan kehidupan modern.
Peristiwa Isra’ Mi’raj mengingatkan umat Muslim bahwa shalat bukan hanya kewajiban individu, melainkan juga pondasi yang memperkuat hubungan dalam keluarga.
Dalam konteks keluarga Islami modern, nilai-nilai shalat dapat diterapkan untuk menciptakan harmoni, mengelola stres, dan membangun generasi yang tangguh serta berakhlak mulia.
Baca juga: Prof Amany Lubis, Wanita Kelahiran Mesir Jadi Rektor Perempuan Pertama UIN JakartaProf Amany mengatakan, ketahanan keluarga menjadi salah satu fondasi penting dalam masyarakat Islami modern.
"Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah dapat terbentuk melalui pemahaman yang baik tentang fikih keluarga. Pemahaman ini meliputi hak dan kewajiban anggota keluarga, tunangan, mahar, akad nikah, pendidikan anak, hingga pengelolaan harta pribadi dan bersama," jelasnya.
Relasi yang seimbang antara perempuan dan laki-laki juga menjadi kunci utama.
“Pembagian tugas rumah tangga secara adil dapat menghindarkan perceraian,” tambahnya.
Selain itu, hubungan kekerabatan yang harmonis membantu mengurangi stres, terutama dalam menghadapi tantangan kehidupan modern.
“Shalat adalah inti dari ketahanan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah,” tutupnya.
Baca juga: Guru Besar UIN Jakarta Paparkan 6 Ruang Lingkup Ketahanan Keluarga(est)