LANGIT7.ID--Salah satu ucapan populer dalam konteks Idulfitri ada
Minal 'Aidin wal Faizin. Prof Dr M Quraish Shihab dalam bukunya berjudul "
Wawasan Al-Quran, Tafsir Maudhu'i atas Pelbagai Persoalan Umat" menjelaskan kata 'Aidin, adalah bentuk pelaku 'Id.
"Kata al-faizin adalah bentuk jamak dari faiz, yang berarti orang yang beruntung. Kata ini terambil dari kata fauz yang berarti keberuntungan," jelasnya.
Dalam
Al-Quran ditemukan sebanyak 29 kali kata tersebut dengan berbagai bentuknya. Masing-masing 18 kali pada bentuk kata jadian fauz/al-fauz (keberuntungan), tiga kali dalam bentuk mafaz (tempat keberuntungan), dua kali dalam bentuk kata kerja faza (beruntung), empat kali dengan bentuk al-faizin, dan hanya sekali dalam bentuk kata kerja tunggal yang menunjuk kepada orang pertama afuz (saya beruntung).
Diucapkan Orang MunafikMenurut Quraish, yang terakhir itu diucapkan oleh orang
munafik yang menyesal karena tidak ikut berperang bersama-sama orang Islam, sehingga ia tidak memperoleh pembagian harta rampasan perang.
Baca juga: Kemenag Prediksi Idul Fitri 1 Syawal 1446 H Jatuh pada 31 Maret 2025 Sesungguhnya di antara kamu ada orang yang sangat berlambat lambat ke medan perang. Maka jika kamu ditimpa musibah, mereka berkata, "Sesungguhnya Tuhan telah menganugerahkan nikmat kepada saya karena tidak ikut menyaksikan (peperangan) bersama mereka." Sungguh, jika kamu memperoleh karunia (kemenangan dan harta rampasan perang) pasti dia berkata seolah-olah belum pernah ada hubungan kasih sayang di antara kamu dengan dia, "Aduhai" kiranya saya bersama mereka, tentu saya memperoleh keberuntungan yang besar (kemenangan dan harta rampasan perang)" (QS Al-Nisa' [4]: 72-73).
Kesan yang ditimbulkan ayat ini, kata Quraish, antara lain adalah bahwa bagi orang munafik, keberuntungan adalah keuntungan material, dan popularitas, dan keberuntungan itu hanya ingin dinikmatinya sendiri.
Keberuntungan orang lain bukan merupakan keberuntungan pula baginya. Itu antara lain yang menyebab dia dikecam oleh ayat di atas. Berbeda dengan petunjuk A1-Quran yang tidak mengaitkan keberuntungan dengan orang tertentu, dan kalaupun dikaitkan dengan orang-orang tertentu tidak ditujukan kepada individu perorangan, melainkan kepada bentuk kolektif (al-faizin atau al-faizun).
Makna KeberuntunganQuraish mengatakan yang tidak kurang pentingnya adalah makna keberuntungan. Dari ayat-ayat yang berbicara tentang al-fauz dalam berbagai bentuknya itu (kecuali surat Al-Nisa [73]), seluruhnya bermakna pengampunan Ilahi maupun kenikmatan surgawi, seba gai ganjaran ketaatan kepada Allah Swt. Perhatikan misalnya:
Baca juga: Ketentuan Shalat Qashar Saat Mudik Lebaran Penghuni surga adalah orang-orang yang beruntung (Al-Hasyr [59]: 20).
Barangsiapa yang dijauhkan --walaupun sedikit-- dari neraka, dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dia telah beruntung (QS Ali 'Imran [3]: 185).
(mif)