Langit7.id - Dakwah, Al-Quran, Berita Terkini dan Tafsir
Dapatkan Update berita LANGIT7.ID
melalui notifikasi browser Anda.
kalender Rabu, 09 Juli 2025
home masjid detail berita

Islam dan Jalan Tengah: Menyelaraskan Dunia dan Akhirat Tanpa Dosa Warisan

miftah yusufpati Rabu, 02 Juli 2025 - 05:15 WIB
Islam dan Jalan Tengah: Menyelaraskan Dunia dan Akhirat Tanpa Dosa Warisan
Dalam dunia hari ini yang gamang antara nihilisme dan dogma, warisan pemikiran Muhammad Asad ini terasa semakin relevan. Ilustrasi: AI
LANGIT7.ID-Di antara dua kutub ekstrem—ajaran Kristen yang mencurigai dunia dan peradaban Barat yang memujanya secara membabi buta—Islam menawarkan jalan tengah yang rasional, spiritual, dan etis.

Pandangan ini ditegaskan Muhammad Asad dalam bukunya Islam di Simpang Jalan (1935), sebuah karya penting yang merefleksikan krisis peradaban modern dan posisi Islam dalam menjawab tantangan zaman.

Bagi Asad, hanya Islam yang memungkinkan manusia menikmati kehidupan duniawi secara utuh tanpa kehilangan arah spiritualnya. Di sinilah letak keunikan Islam sebagai agama yang menyatukan, bukan memisahkan; yang menyelaraskan dunia dan akhirat, bukan mengadu keduanya dalam konflik yang tak berkesudahan.

Dalam Kristen, manusia dikisahkan hidup dalam bayang-bayang dosa asal—sebuah warisan dari pelanggaran Adam dan Hawa di Taman Eden. Akibatnya, hidup dianggap sebagai lembah air mata: tempat pertarungan antara tubuh yang condong pada setan dan jiwa yang berjuang menuju Kristus. Jalan keselamatan hanya mungkin dicapai dengan berpaling dari dunia materi yang dicurigai sebagai wilayah si jahat.

Asad menyebut konstruksi teologis ini sebagai sumber dari kesadaran bersalah permanen yang membebani jiwa-jiwa religius dalam tradisi Kristen. Ada semacam jurang batin antara keinginan untuk hidup dan perintah untuk menyangkal hidup.

Baca juga: Di Tengah Gelombang Barat: Jalan Tengah Menurut Muhammad Asad

Sebaliknya, Islam tidak mengenal dosa warisan. Allah, menurut Islam, Maha Adil—dan keadilan itu tidak akan menimpakan dosa nenek moyang pada anak cucu. Tidak ada jiwa yang dibebani kesalahan yang tidak ia lakukan. Dalam pandangan ini, setiap manusia dilahirkan suci dan bertanggung jawab sepenuhnya atas amalnya sendiri:

“Tidak ada yang akan diperhitungkan bagi manusia, selain yang telah diusahakannya.” (QS 53:39)

“Bagi dia apa yang telah diperolehnya, dan terhadap dia kejahatan yang dilakukannya.” (QS 2:286)

Tanpa dosa warisan, tidak ada pula kebutuhan akan penebusan universal. Islam membebaskan manusia dari rasa bersalah kolektif dan menawarkan kehormatan personal: setiap orang menebus dirinya sendiri, dengan iman dan amal.

Dunia: Tangga Menuju Kehidupan Lebih Tinggi

Tapi jika Kristen merendahkan dunia, dan Barat modern memujanya secara hedonistik, bagaimana posisi Islam? Bagi Asad, Islam menghormati dunia tanpa menjadikannya berhala.

Peradaban Barat, dalam kritik Asad, telah bergeser dari spiritualitas Kristen ke arah pemujaan atas kemajuan, konsumsi, dan kenikmatan. Seperti si rakus yang mencintai makanan bukan karena kualitasnya, tapi karena dorongan lapar tak terkendali, Barat modern melahap dunia tetapi tak menghormatinya.

Baca juga: Ketika Cendekiawan Muslim Mulai Mempelajari Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Yunani

Sementara itu, Islam memandang kehidupan dunia sebagai tangga menuju kehidupan yang lebih tinggi. Tangga itu penting, tapi bukan tujuan akhir. Dunia adalah tempat manusia bertumbuh, berkembang, dan bertanggung jawab—bukan untuk dihindari, tapi juga bukan untuk dipuja.

“Islam memandang kehidupan duniawi dengan tenang dan dengan respek,” tulis Asad. “Ia tidak memujanya, tetapi memandangnya sebagai suatu bagian pasti dan positif dari rencana Allah.”

Doa Qur’ani yang terkenal mengilustrasikan sikap tengah ini:

“Tuhan kami, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia ini dan kebaikan di akhirat.” (QS 2:201)

Menolak Pemisahan Roh dan Dunia

Di sinilah pula Islam menolak prinsip “dualisme” yang melekat pada peradaban Barat dan sebagian agama lain. Prinsip Injil—“Berikan kepada Kaisar kepunyaan Kaisar dan kepada Tuhan kepunyaan Tuhan”—tidak berlaku dalam Islam. Tidak ada dua ranah yang terpisah. Semua tindakan manusia, besar ataupun kecil, adalah bagian dari wilayah moral.

Islam tidak mengenal pembagian wilayah antara spiritual dan sekuler. Tidak ada satu aspek hidup pun yang steril dari tanggung jawab etis. Dalam Islam, semua pilihan hanyalah antara yang benar dan yang salah.

Pandangan Islam, menurut Asad, menempatkan perbuatan sebagai inti dari moralitas. Tidak cukup hanya memiliki niat baik atau kepercayaan yang benar—yang utama adalah bagaimana kepercayaan itu terwujud dalam tindakan nyata. Dunia bukanlah ilusi yang harus disingkirkan, tapi medan tempat moralitas diuji.

Baca juga: 750 Ayat Kauniyah: Al-Quran Tidak Sama dengan Kitab Ilmu Pengetahuan

Karena itulah, Islam tidak pernah menganggap dunia ini sebagai jebakan atau godaan semata. Dunia adalah ladang amal; tempat benih kebaikan ditanam untuk dipanen di akhirat. Dan tugas manusia adalah menjaga keseimbangan antara kebutuhan tubuh dan jiwa, antara kenyataan hidup dan tujuan hidup.

Dalam kontras antara pandangan Kristen yang murung dan Barat modern yang mabuk materi, Islam tampil sebagai jalan tengah yang tegak. Ia tidak menjanjikan penyelamatan melalui penebusan eksternal, tapi mengajak setiap manusia untuk menjadi penebus atas dirinya sendiri. Ia tidak menyuruh kita menjauhi dunia, tapi mengajarkan bagaimana hidup *di dalam dunia* tanpa kehilangan arah menuju Allah.

Dalam dunia hari ini yang gamang antara nihilisme dan dogma, warisan pemikiran Muhammad Asad ini terasa semakin relevan. Bahwa jalan hidup Islam bukan sekadar sistem ritual, tapi peta moral yang menyeluruh—yang menyatukan dunia dan akhirat, tubuh dan jiwa, kerja dan doa.

(mif)
  • Bagikan Artikel Ini :
TOPIK TERKAIT
BERITA TERKAIT
jadwal-sholat
Jadwal Sholat
JAKARTA, Rabu 09 Juli 2025
Imsak
04:34
Shubuh
04:44
Dhuhur
12:01
Ashar
15:23
Maghrib
17:55
Isya
19:08
Lihat Selengkapnya
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan
قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ ࣖ
Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
QS. Al-Jumu'ah:8 Langit 7 Cahaya Menuju Kebaikan