5 Sahabat Rasulullah yang Kaya Raya tapi Tak Suka Flexing

LANGIT7.ID - - Banyak sahabat Rasulullah SAW yang kaya raya. Kekayaan mereka diperoleh dari hasil berbisnis atau berdagang yang piawai.
Dalam waktu yang sama mereka adalah sebagian dari para sahabat yang mendapatkan berita gembira tentang perolehan surga.

Meski kaya raya mereka jauh dari gaya hidup pamer kemewahan dan menunjuk-nunjukkan harta. Justru sebaliknya, para sahabat inilah yang paling getol menyokong dakwah Nabi Muhammad dengan kekayaannya.

Baca juga: Teladan Umar bin Khattab saat Mengangkat Pejabat

1. Abdurrahman bin Auf

Kisah kekayaan Abdurrahman bin Auf sudah sangat masyhur di kalangan umat Islam. Bahkan, total aset kekayaan saat beliau wafat seperti dikutip oleh Ibn Hajar- adalah 3.200.000 dinar atau setara Rp6.212.688.000.000.

Dilansir laman Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (MUI), menurut Ibn Katsir dalam al Bidayah wa an Nihayah menulis bahwa saat wafatnya, Abdurrahman meninggalkan aset terdiri dari 1.000 ekor unta, 100 ekor kuda, dan 3.000 ekor kambing.

Meski kaya, Abdurrahman bin Auf tidak gemar pamer harta. Bahkan beliaulah yang banyak menjadi sponsor utama dakwah Rasulullah. Sahabat Abdurrahman tak segan-segan mengeluarkan hartanya demi tegaknya dakwah Islam.

Beliau adalah orang kedelapan yang masuk Islam. Kekayaannya tak membuat Abdurrahman gentar mengikuti peperangan melawan kezaliman kafir Quraisy, ia mengikuti semua peperangan dalam sejarah perjuangan Islam di era Nabi SAW.

Baca juga: Filosofi Umar bin Khattab dalam Mengelola Kekayaan Negara

2. Zubair bin Awwam

Zubair bin Awwam, sahabat Nabi lainnya, dikenal sebagai seorang yang sangat kaya raya. Namun, ia selalu hidup sederhana dan tidak pernah memamerkan kekayaannya. Ia sering memberikan bantuan kepada orang yang membutuhkan dan membantu sesama Muslim yang mengalami kesulitan.

Al-Bukhari dalam al Jami’ al Shahih menginformasikan bahwa Az Zubair RA wafat hanya meninggalkan kekayaan berupa aset tidak bergerak (tanah), 11 rumah besar di Madinah, dua rumah di Bashrah, dan satu rumah masing-masing di Kufah dan di Mesir.

Namun, Zubayr juga mewasiatkan pembagian warisnya kepada cucu-cucu dan empat istrinya yang nilainya tidak kecil. Total nilai kekayaan yang sudah termasuk wasiat pembagian waris saat wafat bila dirupiahkan Rp3.543.724.800.000.

3. Utsman bin Affan

Menantu Rasulullah, Utsman bin Affan satu-satunya sahabat pemilik “Dua Cahaya”, karena menikahi dua putri Nabi, termasuk yang kaya raya. Nilai kekayaannya saat wafat Rp2.532.942.750.000.

Ia selalu hidup sederhana dan tidak pernah menunjukkan kekayaannya kepada orang lain. Saat menjadi khalifah, ia juga berusaha untuk mengelola harta negara dengan baik dan adil.

Ibn Katsir mencatat, dana yang dimiliki Utsman saat wafat terdiri dari 30 juta Dirham, 150.000 Dinar tunai, dana sedekah 200.000 Dinar, dan unta 1.000 ekor. Di masa kenabian, Utsman selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah.

Baca juga: Kisah Anak Khalifah Umar Diprotes karena Dapat Jatah Kain Lebih Banyak

4. Thalhah bin Ubaidillah

Nilai kekayaanya saat wafat Rp542.100.500.000. Salah satu kisah Thalhah bin Ubaidillah yang begitu masyhur yaitu peran besarnya saat perang Uhud terjadi.

Thalhah bin Ubaidillah adalah seorang pemuda Quraisy yang memilih untuk bergelut di dunia perdagangan sebagai profesinya. Walau masih sangat muda, dia memiliki kelebihan dalam mengatur strategi berdagang yang cerdik dan pintar sehingga dapat mengalahkan pedagang yang lebih tua.

5. Sa’ad ibn Abi Waqqash

Sa’ad bin Abi Waqqas, sahabat Nabi yang lainnya, juga dikenal sebagai seorang yang sangat kaya. Ia mendapatkan kekayaannya dari bisnis perdagangan yang dilakukannya.

Baca juga: Yaumul Marhamah, Hari Kasih Sayang saat Rasulullah Bebaskan Mekkah

Namun, ia selalu hidup sederhana dan tidak pernah memamerkan kekayaannya. Nilai kekayaan saat wafat Rp15.380.750.000.
Dalam sepanjang sejarah peperangan Islam, beliau tercatat sebagai orang yang pertama kali kena tusuk anak panah dan beliau pula yang pertama kali dalam sejarah Islam melesatkan panah dari busurnya ke arah musuh.

Beliau termasuk generasi awal yang masuk Islam. Sebagian informasi menyebutnya sebagai orang keempat dari kalangan laki-laki yang masuk Islam awal setelah Abu bakr, Ali dan Zayd, radhiyallah ‘an hum.